Senin, 25 April 2011

Sepucuk Surat untuk Sang Idola

“Pleeeaaase…. give it to mulaaan… I say give it to mulaan… thank you, god bless you!”

Entah bagaimana caranya saya harus bisa menyampaikan surat ini kesalah satu krunya, tidak mungkin saya titipkan surat ini kepada manajernya yang cantik, apalagi kepada Ahmad Dhani atau personil Dewa lainnya, karena merekalah artisnya malam ini,hmm… saya terus berpikir keras akan hal sesimple itu, saya harus bisa sampaikan surat ini, yups.. Sepucuk surat untuk sang idola.


Sudah lama obsesi ini terbendung, bayangannya selalu menghantui disetiap lagu yang diputar melalui Itunes, bagaimana tidak setiap hari di playlist hanya terpampang deretan lagu-lagu yang dilantunkan oleh seorang penyanyi wanita yang aduhai, bagaikan Wonder Woman yang merasakan Cinta Mati kedua bahkan ketiga, yang terkadang menjelma menjadi makhluk tuhan yang paling seksi.

“Bintang tamunya malam ini adalah Dewaaaa”, itulah nama yang berkali-kali terdengar dari pengeras suara ruangan saat saya mengikuti acara yang diadakan oleh salah satu Bank ternama di JCC. “Ok, mungkin ini salah satu jalan yang diberikan tuhan untuk menjawab setiap do’a yang saya tulis di blog pribadi khusus untukmu sang artis pujaan” amiin.

Berikut sedikit tampilan dari blognya.


“Hmm… Dewa ya, hmmm… Republic Cinta berarti… hmm… yupz! Mulan Jameelaa dooong…” itulah cikal bakal benih dari kenekadan yang akan terjadi kemudian.

“Mi, gw mo bikin surat buat MJ (panggilan sayang untuk sang idola), gw mo titipin ke krunya lo ada ide?” saya bertanya pada mimi. “wah..Ok, hmm titipin aje ke abang-abang wartawan ntu lho, gw lupa namanya, tp td gw liat, bilang aja ma dia sapa tau bisa bantu lo masup ke ruang vipnya” mimi nawarin abang-abang ide yang membuat semua rencana terasa semakin terang, bagai menemukan oase di tengah sahara, semua nampak menjadi nyata dan gemilang ”Ok, nih suratnya udah jadi, let’s go cari abang-abang lo ntu”.
Hilir mudik mencari kesana-sini, terombang ambing di tengah kerumunan penonton yang asyik mengikuti lantunan suara Once tapi kami malah sibuk mencari abang-abang yang entah siapa namanya dan tak tahu pula bentuk makhluk itu seperti apa namun terbersit do’a mudah-mudahan abang-abang ntu bukanlah sejenis makhluk titisan mutan melinjo, akhirnya kami menemukan tersangkanya (abang-abang kenalan mimi) yang sedang asyik mengobrol dengan mahasiswi-mahasiswi. “Lha… ini abang-abang nya?” Tanya saya pada mimi, “Ho’oh” jawabnya tanpa dosa, “inimah gw juga kenal, dan bukan wartawan tapi juru photo kampus miiiii”.

Akhirnya dengan 5% pikiran logis, 5% kesadaran dan 90% kenekadan, saya berniat untuk menerobos barikade bodyguard Ahmad Dhani cs, wartawan yang tadi diceritakan mimi tidak bisa membantu dalam usaha saya untuk memasuki ruang vip, lagian saya kan tidak punya misi berbahaya untuk memasuki ruangan itu dan tujuan saya bukan untuk bertemu dengan mereka juga, saya hanya ingin bertemu kru dari manajemen republic cinta untuk menyampaikan surat saya ini kepada sang idola.

“Itukan si kriboooooo” saya mengenali salah satu krunya yang pernah nongol di beberapa video klip atau juga sewaktu beberapa infotainment mewawancari sang idola ketika berada di kantor Republik Cinta Manajemen. Aku panggil dia si Kribo, tubuh gempal rambut kriting dan sedikit brewok seperti hasil penelitian dan percobaan seorang Professor yang hendak menciptakan domba bibit unggul dengan mengkombinasikan DNA antara domba Australia dan kucing anggora namun gagal karena DNA kucing anggora tertukar dengan DNA babi ngepet.

“Bismillaah” dengan gaya seperti wartawan tanpa label “Press” yang planga plongo dan membawa camdig saku namun tidak kunjung memotret apapun juga saya bergegas memasuki ruang vipnya, semua personil dewa memasuki ruangan, terlihat once dan Andra yang memasuki ruangan digandeng oleh beberapa bodyguard, tiba-tiba dua orang bodyguard bersiap-siap melindungi Once dan Andra setelah melihat saya di salah satu sudut ruangan, seakan-akan saya adalah makhluk berbahaya atau sejenis hewan karnivora yang buas belum makan tiga hari tiga malam yang lepas dan nyasar di ruang kuliah “Rancangan Percobaan II”, ckckck… padahal sudah potong kuku sebelom berangkat dan gigi sayapun banyak yang bolong, jadi siapa yang harus dilindungi sebenarnya, namun setelah mereka melewati saya yang tak bergerak sedikitpun bahkan melirikpun tidak mereka saling menatap satu sama lain dan kemudian menatap saya kembali dengan tatapan yang nanar, aneh bercampur iba karena tampang saya yang lusuh terombang ambing saat di depan stage tadi padahal disitu saya berteriak memanggil manggil mencari abang wartawan kenalan mimi berulang kali namun seakan tenggelam diantara teriakan-teriakan mahasiswa lain yang mengelu-elukan Dewa ditambah suara speaker yang menggelegar, Once sempat melihat dan mengerutkan dahi namun sudah tidak menghiraukan lagi, mungkin dalam hati mereka bertanya “mo ngapain nih orang yuah?mungkin cleaning service yang ga punya tv kali…” saya hanya berpikir untuk menitipkan surat ini kepada orang yang tepat.

Diantara beberapa personil Dewa didalam ruangan terdapat seorang wanita cantik yang tersenyum kearah saya, sedikit terbersit untuk menitipkan surat ini kepadanya namun saya urungkan, saya hanya membalas senyumnya sewajarnya saja. kepada siapa saya harus menyampaikan surat ini, si kriboo ko ga muncul-muncul. Terakhir Ahmad Dhani datang diikuti beberapa bodyguard bule, beberapa fans dan wartawan dan terselip seorang kru yang sigap melindungi Ahmad Dhani dari serbuan beberapa fans nya. Itulah si kriboooooo. Pucuk di cinta datang bulan pun tibaaaa, saya akan titipkan surat ini kepada si kribo, dengan penuh semangat saya bergegas menuju dia yang sedang melindungi Ahmad Dhani dari serangan fansnya dan beberapa juru photo, ketika si kribo melihat seseorang yang berwajah sumringah yang bergegas bergerak ke arah dia layaknya hewan karnivora yang buas belum makan tiga hari tiga malam yang lepas dan nyasar di tengah-tengah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Rancangan Percobaan II dan menemukan seorang mahasiswa yang tertidur pulas sambil meneteskan air liur di mejanya saat kuliah berlangsung.

“saya mau..” “tenang..tenang..sabar…nanti photo bareng Dhaninya” potong si kribo, “ini surat…” “maap ga bisa, tolong tenang…sabar yah, Dhani ada waktu..” “bukan Dewa tapi…” “iya..iya..sabar sabar…satu-satu nanti ya Dhani ga kemana-mana ko”.
“GUA MAO KETEMU LOOOO!!!!” sejenak ruangan hening, semua mata tertuju kearah saya, beberapa wartawan menatap aneh termasuk si kribo yang masih belum menutup mulutnya saking kagetnya dengar teriakan saya. Saya berpikir tenang dan mencoba memecah keheningan dengan berkata sambil garuk-garuk kepala “ tenang-tenang semuanya, hehe.. silahkan dilanjut aja, santai-santai aja yuah anggap rumah sendiri, saya cuman mau kasih surat ini buat dia hehe…” namun sepertinya itu membuat suasana semakin hening dan menambah jumlah orang yang menatap saya dengan tatapan heran. Tak tahu harus berbuat apa, akhirnya saya berkata pada si kriboo dan langsung bergegas pergi meninggalkan ruangan tersebut tanpa permisi “Pleeeaaase…. give it to mulaaan… I say give it to mulaan… thank you, god bless you!” dengan jalan tertunduk sayapun meninggalkan ruangan itu tanpa sedikitpun menatap kearah belakang hingga saya kembali bergabung dengan teman-teman lain dan menceritakan semuanya, hanya sebagian yang percaya selebihnya masih terlihat abu-abu.

Entahlah, surat tersebut apakah sampai ke tangan orang yang saya tuju atau berakhir di tong sampah, tak masalah yang penting saya sudah mencoba satu kesempatan. kesempatan yang berakhir konyol, namun ada sedikit asa yang perlahan muncul di benak saya, semoga satu titik ini melahirkan jutaan titik lain yang berebut untuk menghampiri saya kelak, semoga…

Dan do’a itupun terjawab dalam chapter selanjutnya…

“Pertemuan manis yang tak terduga dengan sang idola… “

Selasa, 12 April 2011

Bapak Terbaik (maunya jadi tulisan utuh, yah maunya yg mboten-mboten aja)

Lagi-lagi pagi telah kembali menghampiri tempat tidur bocah yang sedang dibuai mimpi, perlahan menyibak selimut yang menutupi tubuhnya mulai dari ujung kaki hingga pertengahan pahanya, perut yang sedikit terlihat karena bajunya sudah tidak pada posisi yang benar, sprei bukan lagi di atas kasur melainkan di bawah tempat tidur, bantal yang satu menempel diantara selangkangannya dan satu lagi ada di kolong meja belajar, rambut ikal hampir menutupi separuh mukanya yang katanya mirip brad pitt tapi sebenarnya lebih mirip sandal jepit, posisi tidur yang dari sudut pandang manapun tak pernah sedap dipandang mata, baik mata hati, mata kaki, mata batin, mata-mata, mata belek, mata hari, ataupun matta band (what’s the maksud?), bukan apa-apa ia adalah orang yang gemar bermain pencak silat ketika tidur sehingga jika ia tidur, kaki dan tangannya bergerak dengan lincah ke kiri, ke kanan, ke atas, ke bawah, serong, maju dan mundur tanpa arah dan tujuan pasti mirip seorang suami yang lagi pengen tapi malu bilang sama istri. Nah kalau seperti itu seorang istri harus bisa memahami suaminya agar ia tidak leluasa mencari kehangatan diluar rumah agar keluarganya tetap harmonis tanpa ada lagi prasangka diantara keduanya, karena itu hanya akan memperkeruh dan memperburuk hubungan diantara sepasang suami dan istri. Sehingga ketika sudah tidak lagi nyaman dalam berhubungan intim maka arah ke pintu perceraian akan semakin terbuka lebih lebar, nah jika… STOooooP! Maaf, ini bukanlah forum konsultasi dokter terfavorit itu lho, siapa lagi kalau bukan dr. Boyke, wuih… cukup! terlalu cepat dan jauh kita membelot teman-teman mari kita teruskan kesesatan kita, lho.

Kukuruyuuuk... Seno si ayam terjantan dikelasnya mulai berkokok, suaranya sangat nyaring dan lantang mirip suara seorang komandan Hansip yang menyiapkan anak buahnya agar barisannya lebih rapi dibandingkan anak SD pada waktu upacara 17 Agustus di dekat kantor Kepala Desa. Kukuruyuu...k dua kali seno berkokok, Kukuruyuuuk tiga kali seno berkokok dan... KKUKURUYUUUUKKK!! Apaan tuh, Suara balasan dari ayam lain menggelegar memecah langit mengguncang bumi bagai suara petir yang menyambar komandan Hansip yang sedang menyiapkan anak buahnya agar barisannya lebih rapi lagi dibandingkan anak SD pada waktu upacara 17 Agustus di dekat kantor Kepala Desa. Aau.. Auu.. Whooaah.. gubrax! Suara apaan lagi tuh? Ckckck...Ternyata suara bocah yang tidur tadi toh, ya bocah itu pemilik ayam yang namanya seno tadi, majikan dan tuannya tak sulit dibedakan, mungkin itulah rutinitas yang dilakukan oleh dua makhluk yang secara biologis berbeda tetapi secara batiniah bisa dibilang SAMA! ayam kampung dua-duanya. Itulah bentuk komunikasi hati mereka yang mungkin hanya mereka sendiri yang tahu maksud dari itu semua dan merupakan pertalian batin antara ayam dan tuannya, entah sampai kapan itu berlangsung, bagaimana jika suatu saat nanti di pagi yang lain Seno tidak lagi mendengar balasan dari tuannya? Mungkin ia akan merasa tidak enak makan dan minum, tidur tidak nyenyak, mati segan hidup ogah-ogahan, lebih memilih terjun ke sungai dan pura-pura tenggelam atau pergi merantau kenegeri tetangga atau bisa juga menyerahkan diri pada sang musang lebay. Sudah cukup tak perlu diteruskan, Terlalu jauh kita bercerita.

Whooaaa...selamat pagi dunia, dari dahulu pagi memang selalu menakjubkan, selalu penuh dengan inspirasi untuk orang-orang yang bangun apalagi pagi yang selalu diiringi dengan lagunya shiver yang dibawakan secara akustik oleh coldplay, serasa dunia ini tak pernah berakhir alias kaga ada matinye... sambil kuhentak-hentakkan kaki dengan sedikit goyangan kepala menyondongkan badan ke kiri dan ke kanan lalu membentuk sebuah putaran, wuih! Tak ada yang bisa menandingi indahnya pagi ini, karena awal dari hidupku hari ini terletak pada saat matahari mulai mengintip malu-malu dari sebelah timur sana. Selamat pagi matahariku.

Ini hari pertama aku masuk sekolah SMA, sekolah itu bernama SMA Negeri 1 Cijeruk. Dilihat dari namanya memang tidak populer dan terdengar seperti nama buah-buahan yang ada di iklannya miss universe itu lho, tapi jangan salah, walaupun aku tidak tahu apa-apa tentang prestasinya tetapi sekolah itu termasuk sekolah yang favorit di daerahku. Selain karena memang sekolah negeri satu-satunya yang terdekat, sekolah itu juga menempati tempat yang paling layak dibanding sekolah lainnya, salah satu teman ada yang bercerita tentang sekolahnya, sekolah tempatnya berada di dekat pembuangan sampah pasar sehingga terbayang sudah aromanya seperti apa dan juga letak sekolahnya berada di ujung tempat pasar sayur-mayur, tanpa pintu gerbang sehingga yang lewat disitu bukan hanya siswa atau guru saja terkadang penjual sayurpun lewat dengan santainya di sepanjang kelas sambil petantang-petenteng memikul sayuran dan jika mau menuju sekolah, maka siswa atau guru harus melewati pasar yang becek tidak ada ojek dan secara tidak sengaja setiap hari mereka harus mendengar serombongan ibu-ibu yang menawar sayuran bahkan ia sendiri sering dititipi berbagai daftar belanjaan oleh ibunya, bibinya, neneknya, ibu temannya, bibi tetengganya sampe tetangganya tetangga, bahkan adik yang paling kecilpun ikut-ikutan nitip walau hanya sebatang permen kojek. Jadi bisa dibayangkan dengan jelas kenapa sekolahku adalah sekolah yang favorit karena memang sekolah yang lain keadaannya lebih buruk dari sekolahku. Dari itu aku bersyukur sekali bisa sekolah di tempat itu.

Inilah hari pertama aku mengenakan seragam SMA yang merupakan seragam yang diidam-idamkan ketika masih SMP, menurut pandangan kami saat itu ketika melihat pelajar yang berseragam SMA dilihat dari sudut manapun tetap saja keren, dan kini aku telah mengenakannya (apakah aku keren?). Ada sebuah aturan disekolah yang mewajibkan seluruh siswanya untuk memakai sepatu berwarna hitam dan kaos kaki putih, aturan itu sih tidak terlalu memberatkan karena memang mudah saja bagi siswa yang berasal dari sekolah SMP negeri atau sekolah swasta yang bonafid mereka sudah terbiasa dengan aturan macam itu di sekolahnya dan itu juga tidak bermasalah bagi siswa-siswa yang memang berasal dari keluarga berada yang memiliki berpasang-pasang sepatu yang belum tentu dipakai semua tapi itu tidak berlaku buat aku. Aku hanya memiliki satu buah sepatu yang sudah jelas dilihat dari sudut manapun tetap saja warnanya bukan hitam. Satu hal yang masih terbayang hingga kini yakni ketika aku sempat marah-marah kepada Bapak meminta dibelikan sepatu berwarna hitam karena takut dihukum melanggar aturan sekolah, maklumlah itu hari pertamaku disekolah sehingga akan malu sekali jika dihari pertama aku masuk sekolah harus kena hukuman. Saat itu Bapak memang sedang tidak memiliki uang karena permintaanku tergolong mendadak, Bapakpun saat itu sulit sekali memperoleh pinjaman dari tetangga. Aku sempat kebingungan karena besoknya aku harus memulai untuk bersekolah namun hingga malam ini sepatuku tidak kunjung berwarna hitam. Aku sempat berkeinginan untuk tidak bersekolah karena takut kena hukuman namun Bapak bilang ”kamu harus sekolah dan masalah sepatu hitam itu serahkanlah sama bapak, kamu siapkan saja keperluan kamu untuk esok hari”. Esok paginya ternyata sepatu berwarna hitam telah ada dihadapanku walaupun masih terlihat bercak-bercak warna putih, aku baru tahu bahwa ternyata semalam Bapak pergi kerumah tetangga-tetangga mencari mungkin ada sisa cat berwarna hitam, dan akhirnya ada seorang tetangga yang sudi memberikan catnya yang biasa ia gunakan untuk mengecat jaket kulit agar nampak hitam kembali dan malam itu juga bapak mengecat sepasang sepatu punyaku biar nampak terlihat hitam disaat aku tertidur. Bapak berkata, ”sekarang untuk sementara kamu pakailah dulu sepatu ini, nanti kalau kamu pulang sekolah catnya luntur biar bapak yang mencat lagi”. Lalu aku pamitan dan mencium kedua tangan orang tuaku, ketika aku mulai melangkahkan kaki menjauhi rumah serasa ada sesuatu yang mengganjal di dalam mata, yah, perlahan mataku mulai meneteskan buliran-buliran air yang memaksa keluar, betapa tidak sopan dan tidak tau dirinya aku, namun satu hal yang aku ingat, betapa aku sangat bangganya memiliki Bapak sehebat Bapakku.

Senin, 11 April 2011

SMA oh SMA


itu mungkin yang terbayang di benak cewek-cewek waktu saya duduk di bangku SMA..(Ngarep…)

Kemaren sore di kantor tiba-tiba earphone yang menempel di telinga saya mengeluarkan sebuah lagu yang dibawakan oleh paduan suara anak-anak SMA, sambil garuk-garuk pantat kepala, lamunan saya mengorek-ngorek semua memory SMA yang hanya sebesar 2 megabyte (0.009% dari total memory yang hampir 90% berisi adegan pornografi hal-hal yang diinginkan).

Saya orang yang sulit mengingat sesuatu apalagi utang-utang saya, karena semua memory di kepala hampir hilang terserang virus “50 first date” kecuali 90% memory tadi yang selalu tersimpan rapi.

Beginilah nasib seorang pemuda tanggung seperti saya, sudah terserang penyakit “Untouchable” akut (buat yang belom tau penyakit itu bisa dilihat disini) juga menderita “50 first date” stadium III pula.

Banyak sekali hal-hal yang belum sempat saya lakukan sewaktu SMA, dari hal-hal yang biasa seperti menyanyi di pengeras suara sekolah, menempelkan tanda “dijual untuk modal kawin” pada mobil Wk.kepsek, pura-pura salah masuk toilet siswi, sampai yang sedikit ekstreem menggembok gerbang sekolah pas ujian. Jangan anggap saya sejahat itu yuah, itu kan hanya ide sepontanitas aja, kalo dulu saya lakukan itu bisa-bisa saya lulus prematur.hehe…

Perjalanan SMA saya biasa-biasa saja, ada masa-masa kelam, masa hura-hura, masa-masa sedih, asmara, pertemanan dan hukuman (hmm… bukan ga mao ngomongin prestasi? Emang ga ada juga sih,satu-satunya prestasi saya yaitu juara lomba bakiak pas agustusan di sekolah, jadi ga perlu diumbar juga kan).

Mungkin masa-masa SMA ini adalah masa-masanya labilisme (ketidak konsistenan emosi dan perilaku istilah kerennya ababil), dulu handphone saja masih jarang yang bawa, Sekarang anak SMA lebih mengenal blackberry sehingga ada istilah BBMan, dan tidak sedikit pula ABG-ABG yang menjadi korban keganasan kata GAUL, bahkan yang lebih parah jika ada ABABIL sarap yang baru punya BlackBerry “heh..Eloh eloh punya blackberry ga? Berapa PIN BeBeh eloh? Guweh mao BBMan neh, eloh tau ga berapa tarip BBMan yang pertamax? Soalnya Guweh biasa pake yang premium, gara-gara bokap guweh sukanya naro ikan-ikan hias di dalem premium (baca:aquarium)..” lho…ini sebenernya BB tipe apaan?, mungkin sudah berbeda zaman, sekarang ini semuanya serba elektrik, tugas via email, belajar berbasis internet, bahkan sekarang alat-alat dapurpun pake istilah elektrik, panci elektrik, kompor elektrik,rok rokok elektrik (ini ga ada hubungannya sama SMA yuah). Yah walaupun berbeda zamannya, tapi semua pasti memiliki kisah-kisah SMAnya tersendiri yang mungkin menjadi sebuah kenangan yang sulit dilupakan, memang sih punya pacar seseksi Aura Kasih atau secantik Maria Renata pasti bakal lebih sulit dilupakan dibanding kenangan-kenangan yang tadi, tapikan pada zaman SMA dulu mereka belom masuk daftar khayalan saya. Hehe…

Waktu SMA adalah waktu dimana kita merasa paling jago, paling kuat, paling hebat dan paling gila menjadi ciri khas remaja-remaja SMA di zaman saya, tapi ada juga yang merasa paling bodoh, paling jelek, paling blo’on, tapi meskipun bodoh, jelek atau blo’on tapi mereka memiliki kelebihan, yups, kelebihan mereka satu-satunya yaitu lebih dongo dari yang lain (maap jika ada yang tersinggung, semua ini hanya subjektif saja).

Diakhir tulisan ini saya mau mngutip sebuah lirik lagu dari salah satu idola saya waktu kecil, Bang Haji Rhoma Irama, menurut beliau, masa muda adalah, masanya berapi-api, yang maunya menang sendiri yang lainnya tak perduli..iii… Nah, sekarang bagaimana dengan masa SMA anda?

Sepi Bukan Sapi...

Saya akan mencoba sedikit mengulas mengenai judul note saya kali ini, Judul ini di angkat karena sudah kering (emangnya jemuran), saya peroleh judul ini ketika saya berusaha meditasi, meninggalkan aktivitas yang biasa saya lakukan, menyendiri tanpa gerak, dan memejamkan kedua mata saya dengan penuh kekhusyu’an (sebenernya saya tidur). Mengapa saya memberikan judul “Sepi Bukan Sapi”?, tanpa mengurangi rasa hormat saya terhadap intelegensia pembaca sekalian yang budiman, saya hanya ingin mempertegas saja bahwa sepi itu berbeda dengan sapi.

Sapi adalah binatang paling sabar sedunia bagaimana tidak, meski susunya di peras tiap hari, sapi tidak pernah menuntut sekalipun untuk dinikahi (curhatan sapi), sedangkan pengertian sepi adalah suatu keadaan yang mana saya semakin bingung untuk menjelaskan dan saya menjadi semakin yakin seyakin-yakinnya bahwa penjelasan yang saya paparkan membuat sesuatu yang sudah jelas menjadi semakin tidak jelas (sejak kapan juga pengertian yang saya paparkan mencerahkan?)



Gambar di atas adalah salah satu adegan di film AADC bukan AA Gym atau AA Gatot, film itu sempat booming dan menjadi langkah awal kebangkitan perfilman Indonesia, film itu diperankan oleh Dian Sastrowardoyo (Cinta) dan Fuad Saputra (Rangga), tampak pada gambar Cinta (Dian Sastro) sedang membacakan puisi yang dibuat oleh Rangga (Fuad). Puisi tentang perasaan kesepian yang teramat sangat sepi sekali (sulit dibayangkan).

Baiklah, mari kita tinggalkan adegan di film tadi, Apa itu Sepi? Menurut buku Bahasa Indonesia karya JS. Fuad Badudu, Sepi adalah suatu keadaan dimana tidak adanya orang, tidak adanya kebisingan, tidak adanya keramaian, pokoknya tidak ada termasuk pengertian inipun sebenarnya tidak ada… (Nah Lho). Lalu kemana saya harus mencari jawaban? Apakah saya harus bertanya pada rumput yang bergoyang? (Rumput menjawab: Maap, goyangan berlaku jika saweran di atas 50 rebu). Hmm… yah, sedikit uneg-uneg mungkin bisa sedikit juga mengaburkan penjelasan yang sudah beredar luas.

Rasa sepi dan ramai adalah bagian dari kehidupan, ada baik dan buruk, gelap dan terang, tampan dan kurang tampan, cantik dan tidak cantik, selama kita yakin bumi masih berputar, maka rasa sepipun pasti akan bergulir menjadi ramai, dan bukankah semua yang terjadi pada diri kita saat ini adalah konsekwensi dari perbuatan kita di masa lalu? Dan mungkin rasa kesepian kita sekarang adalah implikasi dari tingkah laku kita terhadap teman, rekan kerja, tetangga, atau bahkan orang tua di masa lalu. Menjaga tali silaturrahim bukanlah perkara yang mudah, tapi bukankah tidak ada pilihan lain selain itu? Mungkin kita harus tetap melakukan itu meski sulit. Tak perlu menyesali sesuatu yang sudah terjadi, yang penting masih ada rasa tanggung jawab, memang sih tanggung jawab bukan hanya wajib dimiliki sama laki-laki yang menghamili anak perempuan orang, kita juga perlu memiliki rasa itu, jadi sekarang siapa ayah dari anak yang sedang kamu kandung? (maap, lagi-lagi berbicara diluar konteks), sampai dimana kita tadi? Oh iya, menyesal. jika kita melihat suatu perkara dari sisi yang berbeda, maka kita akan tersadar bahwa

“keterlanjuran bukanlah suatu hal yang perlu disesali”.

Terdengar sotoy yuah, tapi gapapa lha wong tulisan-tulisan saya sendiri ko, cukup sekian saja dan terimakasih.

Pagi di Bukit Pinus (maunya jadi tulisan utuh, yah maunya yg mboten-mboten aja)

Kala sebuah nama terucap disetiap untaian do’a, mengagungkan sebuah elegy atas nama cinta, namun pada saat yang sama, diam terpaku saat dihina cinta, aku ikhlas dalam sebuah ucapan tanpa pengakuan. Menjadi udaraku dalam setiap tarikan nafas, menjadi rasaku disetiap kecapan lidah, menjadi nadaku disetiap lantunan irama.

One cup of hot chocolate make my rainy Sunday morning so melancholic, entah kenapa aku mulai memikirkan sosok yang selama ini menjadi bagian dari setiap lamunanku, pagi akan selalu mengingatkanku pada sebuah kisah, kenangan manisku bersama wanita si pengejar pagi, persis ketika matahari menyambut sepasang mata di perbukitan itu.

Udara pagi di Bukit Pinus menjadi satu-satunya momen yang tidak akan aku lupakan, rinduku mengalir disetiap tetesan air mata, meski tak mungkin aku kembalikan masa itu, satu hal yang masih tertinggal dalam dada ini, rasa… rasa yang menggores meninggalkan bekas yang sulit untuk aku lupakan, dambaku tak kan sedikitpun surut, tak ada keluh dan peluh dalam setiap udara yang kuhirup bersamanya, setia dan bahagia saat bibirnya menuturkan cerita peluh dan kesah, oh.. rinduku tak terperi, tak rela ingatanku dirampas meski sepersekian detik dari kepalaku, mencoba menyatukan serpihan asa dalam untaian kata, memeluk dan menggenggam erat memory indah, mencoba menutupi sebuah kenyataan pahit akan usainya sebuah cerita.

“Jangan lupa yah jemput aku jam empat pagi…” sebuah sms yang aku terima sebelum mata ini terpejam untuk tidur, “Oke, jangan lupa bangunin juga yah, assalamualaikum…” send… aku kirimkan balasan sms, semoga esok semuanya bisa berjalan dengan lancar. Next Destination… mengejar pagi di Bukit Pinus.

Akhirnya jam empat kurang ada seseorang yang menelpon, “udah bangun belom? Ayo siap-siap bentar lagi jam empat, kita musti berangkat pagi-pagi” suara di seberang sana yang terdengar samar-samar di telepon, “Ok, bentar yah, cuci muka dulu” jawabku “Ok, jangan lama-lama ya, kasih tau tony juga jangan sampai telat jemputnya yah…” “Siip…” jawabku.

Tepat jam empat pagi aku dan Tony sudah berada di depan kostnya dengan dua motor, tampak dua orang perempuan mengenakan sweeter sudah menunggu di depan pintu gerbang kost-kostan yang semuanya di huni oleh wanita “Yuks berangkat… takut keburu telat nih” celotehnya tanpa basa-basi “Siaaaap booozzzz” jawabku dan tony serempak. “kamu kedinginan?” tanyaku kepada seorang gadis yang tepat aku bonceng dibelakang motorku “ga ko, kita lanjut aja, lagian udah pake sweeter tebel niih” sambil memegang kerah sweeter nya agar terlihat olehku dari kaca spion sambil tersenyum, “oya, nanti kita sholat shubuh dimana?” tanyanya balik, “nanti di samping jalan sebelah sana ada masjid, kita shalat berjamaah disana aja”. “Ok” jawabnya lagi-lagi sambil tersenyum. Dea, ia adalah sosok gadis yang selalu hadir disetiap mimpi-mimpiku, pertemuan yang tanpa disengaja membuat kami lebih akrab karena memiliki hobbi yang sama, kami berdua suka sekali menikmati udara pegunungan di pagi hari, oya Dea aktif di Koran kampus, aku bertemu pertama kali ketika kami sama-sama berdemonstrasi di Jakarta, kebetulan aku menjadi tim theatrical dan Dea meliput berita untuk Koran kampus dan kami pun akrab sampai sekarang, bahkan melebihi seorang teman.

Setelah selesai Shalat Shubuh, kami berempat melanjutkan perjalanan, menembus buliran-buliran embun, mengejar sebuah asa, menantang dinginnya udara pagi yang menusuk kedalam pori-pori, melesat jauh meninggalkan peraduan, demi satu tujuan. Mengejar pagi di bukit pinus.

Setelah setengah jam perjalanan sehabis shalat shubuh, motor kami terpisah, Tony dan Tia berada jauh dibelakang, dan dengan perlahan aku berhentikan motor sambil sejenak berisitirahat di samping jalan yang mulai berbatu “SMS Tia dong, nanti nyasar lagi mereka berdua” perintahku pada Dea, “Oke”, dan tidak lama Dea pun mendapatkan balasan dari Tia, dan menunjukkan sms balasannya kepadaku “Motor kami mogok, kalian berdua lanjutin aja kesana, laen kali aja kita jalan bareng lagi ngejar pagi”, Aku tatap wajah Dea,“Gimana de..masih lanjut?” tanyaku “Ayo brangkaaaat nanti telaaaattt” jawabnya singkat dengan nada yang sedikit manja, dan aku mulai memacu motorku menyambut lazuardi di pagi buta.

Hari masih gelap ketika motor kami mulai mendaki menuju lereng bukit pinus, perjalanan kami sedikit terhambat karena jalan menuju bukit pinus penuh dengan bebatuanyang terjal, membuat motor kami harus sering dituntun karena khawatir jatuh, “Bentar lagi sunrise nih” gumamku pada Dea yang dibalas dengan anggukannya.Tiba-tiba tepat diseberang jurang kecil disamping sebelah kiri kami terlihat sebuah bukityang indah, yah kami disuguhi pemandangan yang luar biasa, membuat semua terasa lebih melancholic, di bukit seberang terlihat hamparan hutan pinus yang berbaris dengan rapi, sebagian di tumbuhi ilalang ilalang tinggi, kami duduk berdampingan diatas rerumputan yang masih basah oleh embun, menyambut sebuah fenomena alam yang sangat kami nantikan, dan karena itulah tujuan kami kemari. Tak berselang lama, keindahan alampun siap dimulai.

Terlihat samar-samar sang mentari yang perlahan mengusap seluruh hamparan dataran dan perbukitan yang tengah kami nikmati dengan cahayanya yang indah, menyapu jengkal demi jengkal dataran hijau di depan kami, disambut kicauan burung yang setia mengiringi pagi, meniupkan semilir angin yang menyejukkan hingga kedalam hati, menyampaikan sebuah sabda alam yang tertuang melalui cahayanya, kami berdua sejenak terdiam dan berusaha mengambil seluruh kekuatan yang sengaja disediakan alam di hadapan kami, pagi memang indah dan semua terasa semakin indah dan melancholic tatkala kami bertemu pandang, bertemu mata satu sama lain, mencoba menyampaikan sesuatu yang terasa mengganjal di bibir masing-masing, hingga hanya hati yang mengecap rasa tanpa sedikitpun ucapan.

Dea mengeluarkan isi dalam tasnya, ada termoss kecil dan dua buah cangkir plastic, satu cangkir ia berikan kepadaku dan menuangkan isi dalam termoss kecilnya, “wow…hot chocolate!” celotehku, dan Dea hanya tersenyum, lalu membuka dua bungkus roti, dan kami berdua menghabiskan waktu dengan bercengkrama dan menikmati sarapan pagi di lereng bukit pinus hanya berdua.

Senin, 04 April 2011

Love isn't a simple thing...

Matamu jatuh tepat di pandanganku, bagai angin surga yang bertiup menyibak rambut dan menguraikannya menjadi sebuah untaian kalimat terindah, dan cinta itu indah, keindahannya merasuk tiap sudut lekuk tubuh ini, memaku diri menyatu menggenggam raga.

Mau dinilai dari sudut pandang manapun tulisan ini pasti akan masuk kategori “entahlah”, semoga bermanfaat.

Susah berbicara cinta jika kata itu keluar dari dubur mulut seorang pria yang divonis oleh mantri sunat memiliki penyakit “Untouchable” kronis (penyakit kekurangan sentuhan wanita dengan gejala-gejala suka ngeces sembarangan, susah memalingkan pandangan jika melihat wanita, susah konsentrasi, susah mengingat sesuatu, susah tidur dan susah buang air besar). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat gambar di bawah ini.




Gambar 1. Photo diambil saat seorang gadis melewati empat orang pemuda tanggung, Dua diantaranya terditeksi sebagai pengidap “Untouchable” serius







Sebenarnya, “Untouchable” sendiri adalah penyakit yang sifatnya mengada-ada jadi jangan dianggap ada yuah.

Zaman sekarang ini semua informasi serba terbuka, ada informasi tentang lowongan kerja, berita criminal, korupsi pejabat, korupsi non pejabat, korupsi pejabat yang sebenarnya non pejabat lalu nyambi menjadi tukang sunat yang memiliki hobi memvonis orang berpenyakit untouchable secara membabi buta , tapi dari itu semua, ada acara yang paling disukai ibu-ibu yaitu gossip tentang kisah percintaan artis-artis, ketika menonton infotainment sudah tidak ada lagi sekat antara majikan dan pembantu, penyayang anak atau penjual anak, tukang sayur atau pengusaha real estate (perumpamaan yang terlalu jauh)semuanya antusias bergossip.

Ada artis yang hari senin kawin kemudian hari selasa nikah (bedakan antara kawin dan nikah)lalu hari rabu selingkuh dengan temannya, hari kamis cerai dengan istrinya, jumat selingkuh lagi dengan teman yang lain, dan hari sabtu cerai dengan selingkuhannya yang pertama (kapan nikahnya?), diakhiri hari minggu syuting sinetron yang berjudul “tiada hari tanpa selingkuh”, kehidupannya tidak jauh-jauh dari kata selingkuh.

Ada juga cerita tentang permasalahan percintaan anak yang tidak direstui orang tua, kemudian anaknya kabur dari rumah,ibunya mencari kesana kemari, anaknya ngumpet, bapaknya membantu mencari… Ibunya sekarang ngumpet, anaknya pindah lokasi ngumpet, bapaknya masih mencari anaknya… Ibunya pulang karena lelah sudah ngumpet ga dicari-cari, anaknya main ke mall, bapaknya masih mencari anaknya… Ibunya tertidur kelelahan, anaknya pulang ke rumah karena sudah malam, bapaknya masih mencari anaknya… Ibunya bangun, anaknya tidur, bapaknya masih mencari anaknya… ibunya masuk kamar supirnya, supirnya ke kamar anak majikannya, anaknya ke kamar tukang kebun, ibunya nyari-nyari supirnya ga ketemu akhirnya masuk ke kamar tukang kebun juga, bertemu dengan anaknya, mereka berdua sama-sama salah tingkah lalu pura-pura tidak mengenal satu sama lain, bapaknya masih mencari anaknya…(so complicated).
kehidupan artis itu sepertinya sulit sekali dibedakan mana yang nyata mana yang hanya akting, semua kehidupan nyata mereka seperti cerita sinetron saja.

Hmm… cinta itu misterius sekali, dari itu saya tidak ingin berbicara banyak mengenai cinta, karena dari dulu beginilah cinta, deritanya tiada berakhir ”Jadi Jomblo itu paaaahiiiit maaaaak…”. Saya akan mencoba sedikit menganalisa pengertian dari Cinta dengan cara mewawancarai nenek saya tentang pengalaman percintaannya sebagai narasumber, tetapi dia menolak karena sedang buru-buru pergi untuk audisi supermodel. Jadi jadwal saya harus beradaptasi dengan kesibukan nenek saya…
Daptar kesibukan Nenek:
Les Vocal (Senin, Rabu, Jumat)
Les Balet (Kamis sore)
Les Matematika (jika ingat)
Ke Mall (Setiap Hari)
Nyalon (Seminggu dua kali, waktu fleksible)
Boboin Kakek (Tiap Malem)
Les Vokal lagi (Senin lagi, Rabu lagi, Jumat lagi)
...

Seperti itulah kesibukannya, jadi untuk teman-teman yang penasaran dengan wawancara ekslusif saya dengan nenek tunggu di chapter berikutnya yuah... tapi sepertinya Cinta itu sangat kompleks, mungkin lebih kompleks dari sekedar acara Cinta juga kuya, dan saya kesulitan menemukan artinya, mungkin karena penyakit Untouchable saya yang semakin kronis, teman-teman ada yang bisa membatu membantu? Mudah-mudahan kutipan dari ayah angkat saya ini bisa membantu; here we go!

Orang yang tak pernah menderita
karena cinta, sesungguhnya tak pernah
mengenal cinta.
Jika rasa itu tak pernah melukai,
pasti itu bukan cinta.
Cinta membuka yang selama ini tertutup,
menyadarkan yang belum pernah disadari,
mencemerlangkan yang tak terlihat,
dan memuliakan yang tak terhargai.
Cinta melambungkan harapan ke langit.
Tapi, jika ia dikecewakan,
Cinta menyayat hati sampai ke dasarnya.

Mario Teguh

Hasil Analisa Keberadaan Wonder Woman


Berikut profile singkat Wonder Woman yang saya dapatkan dari orang tuanya (ga lulus/lolos lie detector)

Mulan Jameela (lahir di Garut, Jawa Barat, 23 Agustus 1982; umur 29 tahun, nama lahir Raden Terry Tantri Wulansari) adalah seorang penyanyi Indonesia. Sebelumnya ia juga dikenal sebagai Mulan Kwok. Awal popularitasnya dimulai saat menjadi vokalis grup Ratu di awal tahun 2005. Setelah berpisah dari Ratu di tahun 2007, Mulan merilis album solo perdananya Mulan Jameela di tahun 2008.

Mulan mengawali karir dari penyanyi café dan pernah tergabung dalam beberapa band seperti Swara Coustic, Bandung All Star dan Dimensi Band. Pada awal tahun 2005, Mulan bergabung bersama Maia Ahmad dalam duo Ratu dan merilis album bertajuk “Ratu & Friends”. Single pertama berjudul "Teman Tapi Mesra" sukses besar dan seketika melambungkan nama Mulan Kwok menjadi salah satu vokalis papan atas. Sejumlah penghargaan pun berhasil diraih. Album ini terjual lebih dari 400.000 kopi dan mengukuhkan Ratu menjadi grup wanita paling sukses saat itu. Tahun 2006, dirilislah album berjudul “No. Satu” yang kembali melahirkan hits berjudul "Lelaki Buaya Darat" (saya juga laki-laki tapi bukan buaya darat) dan "Dear Diary". Album ini pun sukses terjual hingga 500.000 kopi di minggu pertama perilisannya. Namun kemudian, pada 31 Januari 2007 Mulan mengumumkan hengkangnya dari Ratu akibat masalah transparansi keuangan di tubuh manajemen Ratu.

Pada 28 Mei 2007, Mulan resmi bergabung dengan Republik Cinta Management. Album solo perdana Mulan diluncurkan pada Januari 2008, bertajuk “Mulan Jameela”. Seperti judul album, Mulan pun tidak lagi memakai nama panggung "Mulan Kwok". Album yang didominasi musik pop rock ini digarap oleh musisi Ahmad Dhani (yang di garap Albumnya bukan Mulan). Album perdana Mulan ini menelurkan sebanyak 4 buah hits, yaitu "Makhluk Tuhan Paling Sexy", "Wonder Woman", "Bukannya Aku Takut" dan "Jatuh Cinta Lagi". Hanya dalam kurun kurang dari 2 bulan, album ini telah meninggalkan angka penjualan 75.000 kopi dan disemati platinum oleh EMI. Di tempat lain, Mulan juga dilirik oleh perusahaan raksasa telekomunikasi Malaysia, Maxis. Dalam beberapa bulan saja, Mulan telah mampu menerobos sejumlah nominasi penghargaan, bahkan ia menjadi satu-satunya solois Indonesia yang dinominasikan pada MTV Asia Awards 2008 di Genting, Malaysia.

Kiprah Mulan di bidang seni peran dimulai saat membintangi FTV "Primadona Mencari Surga" di tahun 2006, bersama Darius Sinathrya, Fuad Birowo dan Aming. Di tahun 2007, Mulan membintangi sebuah sinetron berjudul "Pasangan Heboh" bersama Fuad Wong. Beberapa judul FTV pun menyusul Mulan di tahun yang sama. Sementara pada layar lebar, Mulan membintangi sebuah film berjudul "Maaf Saya Menghamili Istri Anda" bersama Fuad Agus Rahman. Untuk film perdananya, Mulan telah dinominasikan pada MTV Indonesia Movie Awards 2007 dalam kategori “Breaktrough Actor/Actress”.

Berdasarkan beberapa petunjuk yang saya peroleh dari sumber-sumber yang tidak bisa dipertanggungjawabkan sama sekali, saya berhasil menarik sebuah kesimpulan yang sangat sederhana bahwa saat ini Mulan tidaklah bersembunyi karena hamil atau disembunyikan oleh bang Mamat (baca: Ahmad D**ni) melainkan sedang antusias sekali mendengarkan ceramah dari AA Fuad di daerah Cigombong, lebih tepatnya Jl. H.R. Edi Sukma Km. 13 No. 80.

Jika ada wartawan yang ingin mewawancarai saya sebagai guru spiritual dari saudari Mulaan Jameela silahkan hubungi no HP asisten kesayangan saya (Titi Sjuman) karena HP saya sedang Lowbate akibat terlalu sering dipake update status, maklum HP China, tadinya mau update via Iphone atau Ipad biar terlihat lebih keren tapi ternyata saya tidak punya.

Untuk para fans yang ingin mengabadikan kegiatan kami berdua dengan berat hati saya sampaikan bahwa kami saat ini sedang sibuk mempersiapkan acara social (sunatan massal) lalu dilanjutkan dengan agenda puasa Titi Geni di Gunung Kidul lagi-lagi bersama Ki Joko Bodo dalam rangka meningkatkan ilmu kebatinan Rawa Rontek*.

Footnote: Mulan tambah cantik yuah?
*Rawa Rontek adalah Ilmu kekebalan tubuh, atau bisa juga ilmu yang biasa digunakan siswa-siswa seperti saya dulu (udah lama banget) yang tidak belajar ketika menghadapi ujian (baca: Rawa Nyontek).

Kamis, 31 Maret 2011

J E N U H . . .

Hati-hati, Jenuh bisa mengakibatkan melamun, dan melamun terlalu lama bisa menyebabkan hilangnya kontrasepsi konsentrasi, hilangnya konsentrasi menyebabkan serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin, apalagi kalau sudah ketawa-ketiwi sendiri bisa menimbulkan hilangnya kewarasan bahkan menggeser kemiringan posisi otak beberapa mili meski hanya sementara, bagi wanita hamil disarankan jangan terlalu banyak melamun karena mengganggu konsentrasi bayi yang sedang semangat-semangatnya update status (sumpah ini ngaco!).

Ok, sekarang mari kita perhatikan lirik lagu di bawah ini...

Ter…nyata hati, tak bisa berdusta
Meskiku coba, tetap tak bisa
Dulu cintaku, banyak padamu
Entah mengapa, kini berkurang

Reff :
Maaf ku jenuh padamu
Lama sudah kupendam
Tertahan dibibirku
Mauku tak menyakiti
Meski begitu indah
Ku masih tetap saja…. jenuh ….

Taukah kini, kau kuhindari
Merasakan kau, ku lain padamu
Cnta bukan, hanya cinta saja
Sementara kau, merasa cukup

"Fuad feat Rio Febrian (next feat Mulan Jameela)"

Itu adalah lirik lagu yang berjudul “Jenuh”, silahkan download sepuasnya jika ada, atau dapatkan keset kaset dan CD nya di apotek-apotek terdekat. Dilarang keras mendengarkan terlalu sering, bisa menyebabkan kejang-kejang, mual, panu, kurapan dan cantengan menahun, cukup tiga kali sehari saja, pagi siang dan malam diusahakan makan terlebih dahulu.

Mungkin tulisan saya ini bermanfaat buat orang-orang yang sedang merasakan kejenuhan tingkat tinggi (emang ada tingkatannya yuah?) dalam menghadapi segala bentuk rutinitas. tapi jika tidak ada , mohon dibaca sekali lagi, mungkin saja terlawat, namun jika ternyata tidak juga, tolong sekali lagi dibaca, nah jika tetap tidak ada manfaatnya, berarti memang benar bahwa tulisan ini tidak ada manfaatnya sama sekali (sejak kapan juga tulisan saya bermanfaat).

JENUH, berdasarkan hasil analisa saya dan juga hasil informasi dari beberapa narasumber yang enggan disebutkan namanya (sebenarnya hasil gugling). berikut salah satu pengertian yang saya dapatkan secara susah payah (ketak-ketik keyboard doang sih):

“Jenuh adalah ketika air berubah fasa jadi gas/uap, maka TIDAK ada penambahan
temperatur. Namun, air masih MEMERLUKAN kolor kalor/energi untuk berubah
fasa. “

Saya mencoba berpikir dengan keras sampai-sampai semedi di gunung salak bersama ki joko bodo selama 10 menit, ternyata eh ternyata jika dilihat dengan mata telanjang,
Jenuh itu sangat berhubungan erat dengan Air, uap/gas,dan kolor kalor

dari itu, jika kita mengalami kejenuhan. Maka perhatikanlah apapun yang ada disekitar anda, adakah air yang menggenang di sekitar anda? disekitar tetangga anda? disekitar teman anda? disekitar teman tetangga anda? atau disekitar tetangga yang punya teman, nah temannya itu punya tetangga yang berteman dengan teman-temannya(bingung)?
atau ada lagi Gas yang dibuang seenaknya? Atau bahkan kolor yang berserakan dimana-mana? Kalor (panas) yang dibuang percuma?
Nah jika ada, mungkin itulah penyebab dari rasa jenuh yang anda rasakan saat ini. so... jangan lagi menunda-nunda, cepatlah singkirkan itu semua dari hadapan anda, tapi ingat! dilarang keras buang air, buang gas dan buang kolor kalor sembarangan.

Sekian saja tips dari saya, jika jenuh berlanjut silahkan hubungi no hp saya, saya selalu siap 24 jam kecuali kalo lagi bobo atau ke toilet (bukan bobo di toilet yuah...).

Kamis, 17 Februari 2011

Oase di hamparan sahara (sepenggal cerita, mei 2008)

Aku adalah seorang mahasiswa semester 6, berasal dari pinggiran kota bogor, tinggi sekitar 168cm, berat hanya 58 kg, rambut kriting, kulit sawo matang, wajah lumayan tampan itu menurut ibuku, paling suka mengenakan jeans belel dan tas slempang dengan tambalan disana-sini,tak lupa sepatu kets merek dragon fly yang ujungnya bolong terkadang jempol kakiku sering menerobos keluar, ya sepatu itulah yang menjadi penutup kaki di setiap aktifitasku diperkuliahan maupun organisasi. Menurut teman-teman, waajahku selalu terlihat sayu namun sebenarnya bersemangat, seperti orang bingung namun berpengetahuan, dan selalu santai ketika menghadapi berbagai masalah. Aku aktif di BEM universitas, sehingga pergaulanku lumayan luas dan organisasi pula yang menyita banyak dari 24 jam, memegang teguh idealisme dan memegang erat sumpah setia terhadap bangsa dan rakyat Indonesia merupakan sebuah kewajiban. InsyaAllah…

“sebuah catatan kecil di bulan mei 2008”
-kamis, 8 mei 2008-
“Hidup Mahasiswa! Hdup Rakyat Indonesia!” suara itu bergema dari ribuan demonstran di setiap penjuru, seluruh mahasiswa meneriakkan kalimat tersebut dengan lantang, Tiba-tiba terdengar desingan peluru memecah barisan mahasiswa, mereka berlarian menghindari peluru yang entah berasal dari mana, seiring dengan suara desingan peluru terlihat beberapa mahasiswa tergeletak di jalan-jalan, entah pingsan atau meninggal, terinjak-injak atau bahkan terkena peluru nyasar dari aparat. Disudut lain tidak kalah jumlah polisi dengan senjata lengkap mulai menghalau mahasiswa dari berbagai arah, di bentengi dengan dua buah mobil water canon polisi mulai merangsek masuk barisan mahasiswa yang sudah semakin tidak terkoordinir, aku bersama Bondan berdiri dekat tembok besar sambil mencari teman-teman lainnya, Bondan adalah temanku, kami sama-sama tinggal di pesantren khusus mahasiswa, satu kamar pula jadi kami sangat dekat.

Tiba-tiba sebuah pentungan melayang kearah kepalaku dan aku tersungkur jatuh kedalam parit disisi jalan raya, Bondan menarik lenganku sambil berteriak “Ayo bangun! Bangun!” aku sudah tidak kuat untuk bangun, sambil tergopoh dengan tenaga yang tersisa aku mulai bangkit dan terbangun dari parit namun terlihat dari arah belakang Bondan ada aparat yang mendekat sambil membawa pentungan dengan posisi hendak memukul, dan akhirnya dalam hitungan detik Bondan pun roboh dan jatuh bersamaku dengan posisi menindihku. Gedubraak!!! “Ayoo baanguuunn!!!” terngiang-ngiang dikepala, “Baangguuuunnn!!!” kembali suara itu terdengar, namun kali ini samar-samar terdengar suara pintu yang diketuk keras, “Banguuunnn!!! Baanguuuunnn!!! Shollu! Shollu!” suara itu semakin lama semakin jelas terdengar di telinga,dan akupun akhirnya mulai tersadar, membuka sedikit demi sedikit kelopak mata, “Alhamdulillaaah..” ucapku, ternyata tadi hanyalah mimpi. Tak berapa lama akupun dikagetkan kembali dengan suara teriakan dari luar kamar “Bruk..bruk..bruk.. kalian ini begadang lagi ya?saya tau kalian di dalam!! Banguun!! cepaat baanguun!!!” aku semakin yakin, ini suara ustadz yang biasa aku dengar setiap shubuh, “Bon..Bondan bangun” aku goyang-goyangkan kepalanya, Bondan masih asyik menyelimuti seluruh badannya dengan kain bergaris hitam putih, mirip baju tahanan di film-film zaman dulu. “Bon..banguun..” sulit sekali dia bangun, semalam Bondan memang pulang larut. dan mungkin semalam dia terlalu letih dengan aktivitas organisasinya sehingga ketika pulang dia langsung tidur dan sudah tidak memperhatikan posisi tidurnya, dia tidur dengan posisi kepala persis dibelakang pintu kamar. Gebruk! Suara pintu dibuka paksa dari luar yang membentur kepala Bondan, akhirnya dia bangun juga, Bondan biasa tidur di atas kasur lipat yang dia gelar di lantai. Kami berdua langsung berdiri dengan wajah tertunduk, Bondan masih menguap dengan tangan kiri mengucek-ngucek matanya dan tangan kanan mengusap-ngusap kepalanya karena terbentur pintu tadi, “kenapa lagi-lagi kalian yang paling telat bangun? santri lain sudah siap-siap dimasjid! sudah kiamul lail! cepat solat shubuh!” marah ustdz, “baik ustadz..” saut kami berdua kompak. Seperti itulah rutinitas kami ketika subuh menjelang, dan paginya kami langsung membetulkan kunci slot kamar yang subuh nanti bakal dirusak kembali.

Kamis 8 mei 2008

Hari ini ada aksi demonstrasi dengan agenda yang tidak jauh dari tuntutan penyelesaian kasus-kasus KKN, penjualan aset-aset negara dan dua agenda khusus yaitu mengangkat isu tragedy 10 tahun silam yang akan kami peringati beberapa hari kedepan tanggal 12 mei dan peringatan 100 tahun kebangkitan pemuda tanggal 20 mei. Kebetulan hari ini jadwal praktikum ditiadakan sehingga aku tidak perlu bolos untuk ikut demonstrasi.

Pada aksi kali ini aku menjadi bagian teatrikal mahasiswa, peranku sebagai seorang petani miskin akibat kebijakan pemerintah yang tidak memihak rakyat. Wajahku dibuat kusut lengkap dengan atribut petani seperti cangkul, blangkon, caping dan baju lusuh ala petani.

Sekitar pukul 10 pagi kami tiba di bundaran HI, rombongan kami ada sekitar tujuh bis, disana telah berkumpul mahasiswa dari berbagai universitas yang lebih dahulu tiba, agenda kami yaitu melakukan longmarch menuju gedung MPR/DPR. Aku bergabung dengan teman-teman tim teatrikal dari beberapa universitas lainnya. Setelah selesai koordinasi lalu kami mulai melakukan longmarch menuju gedung wakil rakyat dengan tim teatrikal sebagai mascot di garis depan. Kami mengeluarkan seluruh bakat acting yang dimiliki secara otodidak, entah terlihat bagus atau tidak yang pasti kami sudah mengeluarkan seluruh kemampuan acting yang dimiliki, peran orang gila, pengemis, petani yang kurus kering dan lemah, bahkan ada juga yang pantomim. Diantara rombongan itu terselip wajah polos Bondan yang bergaya seperti orang gila, dan aku berperan sebagai petani miskin dan kelaparan. Sepanjang jalan kami menjadi sorotan seluruh wartawan, berpose seperti apapun puluhan kamera tanpa permisi langsung mengambil gambar kami, hingga tak tau lagi akan bergaya seperti apa karena kami bukanlah fotomodel, namun dengan posisi diam karena kelelahanpun tetap saja gambar kami diambil, “mas cangkulnya dipegang kayak gini” sambil memeragakannya, celoteh seorang wartawan yang tak henti-hentinya memotret kami. Tak apa-apalah kalau bukan sekarang kapan lagi serasa mirip fotomodel begini.

Setelah berjalan cukup lama, seejenak kami beristirahat di dekat stasiun Gambir, aku, Bondan dan niken memilih duduk di bawah pohon dekat trotoar kami bertiga sebagai tim teatrikal dari satu kampus yang sama, niken adalah teman kami di BEM, wanita berjilbab ini orangnya selalu ceria, tubuhnya tidak terlalu tinggi, kami sering memanggilnya dengan sebutan bola bekel, tapi dia tak pernah marah dengan panggilan itu, dia hanya menanggapinya dengan mencopot sepatu dan diberikan kepada kami dengan cara dilempar, kami tidak akan bertegur sapa selama dua hari, dan mulai seperti biasa dihari ketiga, karena menurutnya tidak saling bertegur sapa sampai tiga hari bahkan lebih itu termasuk dosa, jadi cukup dua hari saja.

Ketika kami ngobrol ada seorang mahasiswi berkacamata menghampiri kami, ia mengenakan jeans dan kerudung abu-abu sambil menggendong tas warna krem, ia berkata “ayo senyum tim teatrikal, cheers” sambil membidik kameranya kearah kami, bondan langsung bergaya bak fotomodel, tak ingin kalah dengan bondan, aku dan niken langsung berpose imut-imut. Gadis itu tersenyum dan memotret kami untuk yang kedua kali. “semangat yaa…” ia berkata sambil berjalan menjauhi kami, tak lupa sebelum memalingkan wajahnya ia berikan senyuman indah sekali lagi. “semangat..!” ucap Bondan dan niken, “cantiknyaa..terimakasih tuhan” sayup-sayup terdengar dari mulutku. “Apaan?” penasaran Bondan, “apanya yang apaan?” sergah ku. “barusan kamu ngomong apa?” selidiknya. Tiba-tiba niken bergabung “nih minum dulu, sebentar lagi kita lanjut sob”. “Ok!” sahutku dan Bondan kompak. Hmm… aku bertanya-tanya dalam hati "Siapakah gerangan gadis tadi, dia mengenakan almamater yang sama dengan kampusku"
continued....

Fluktuasi Rasa

Terdiam terpaku tanpa berita, aku berdiri disudut yang tak seorangpun menduga bahkan ingat pun tidak akan tempat seperti itu. Dibuai mimpi yang tak berguna, disudutkan pemikiran-pemikiran sendiri, kelemahan yang tak kunjung pergi, terlena selimut kenyamanan semu yang ia sendiri seolah-olah enggan untuk mengetahuinya.

Aku bukanlah orang baik namun aku berusaha untuk selalu menjadi orang baik meski sulit tetap aku percaya bahwa kelak orang-orang akan memandangku sebagai orang yang baik. Selama masih berusaha aku yakin hal itu masih mungkin tercapai. Seperti halnya saat aku berubah menjadi orang yang menyebalkan, lebih mudah membuat orang tidak percaya dibanding percaya, lebih mudah membuat orang benci dibanding cinta, lebih mudah membuat orang sedih dibanding tertawa. Tetapi semua itu bukanlah tidak mungkin. Aku hanya memiliki tekad, tekad yang selama ini bersemayam di dada, yang selama ini menjadi alasan untukku berdiri hingga sekarang.

Tak terpikir sekalipun aku menjadi seseorang yang penuh dengan kemunafikan, kebencian, kemerosotan moral dan akhlak, dunia begitu sempit saat aku hanya berdiri di satu tempat, dari itulah aku melangkah, karena aku tahu dunia begitu luas, tak ada yang tahu kapan kesempatan akan datang tapi saat ia datang akan aku ambil, aku gigit dengan gigi gerahamku bila perlu hingga ia tak bisa lari lagi, entah kapan ia kan kembali dengan rasa dan situasi yang sama.

Aku ingin melompat hingga tergeletak diantara panasnya gurun pasir, aku ingin berlari hingga merangkak diantara dinginnya badai salju, aku ingin berlayar mengarungi lautan yang saat inipun aku tak tahu dimana, dunia itu luas karena itu aku ingin melejit bak rudal saat ditembakkan, menukik bak elang saat melihat mangsa, aku ingin seperti itu.

Tuhanku, Engkau ciptakan begitu banyak perbedaan di muka bumi, namun aku tak tahu dimana letak posisiku saat ini, hanya ingin berprasangka baik saja Tuhan, aku adalah bagian dari orang-orang baik yang dirindukan sesama.

Rabu, 09 Februari 2011

sebuah catatan (maunya jadi tulisan utuh, yah maunya yg mboten-mboten aja)

“Persetan dengan semuanya, bedebah kalian, murkaku menghujam setiap pori2, merangsek merobek setiap lembaran kulit, menusuk menembus menggetarkan dan meretakkan tulang belulang! Galau ku meremas jantung dan membuncahkan darah hitam hatimu! Bagai dihujani ribuan jarum yang siap menembus ulu hati! Aaarrgghhh… teriakan sekeras mungkin kebencian merasuk raga belantara hutan imajinasi! Persetan kaliaaan!!! Aku berlari dan memaki, aku mencaci lalu sembunyi. Aaarghh, marahku telah sampai ujung bibir, bergejolak dan bertahan hingga titik nadir! Benciku membeset kulit membetot nadi dan menyentuh dasar hati!

Dan matilah aku dalam kegetiran…”


Kenapa sulit kendalikan hati ini, ingin rasanya melampiaskan semua amarah yang membakar dada sedari dulu, ada apa ini? marah sedangkan tak tahu apa sebabnya, aarrgghh, cinta itu sampah! Cinta itu konyol! Cinta itu bedebah! Cinta itu bodoh! Cinta itu penyakit! Dan cinta itu sakit jiwa!

Diawali dengan kalimat sumpah serapah, semenjak siang ini rasanya dibayangi jutaan kebencian yang ada disekitar tubuhku, auranya hanya tersisa yang negative, terkadang bingung ingin mengeluarkan seluruh amarah tetapi sulit untuk terlampiaskan, yang ada hanya diam dan terkadang orang sekitar yang menjadi sasaran,

Mungkin awal permasalahan bermula ketika gagalnya sebuah rencana, lebih tepat imajinasi yang telah lama dan sempat akan terealisasi namun kandas begitu saja, dan semua itu selalu saja berkorelasi dengan sebuah kata yang memang menjadi bahan masalah buatku akhir-akhir ini. “cinta”.

Dea, nama itu yang selalu hadir disetiap tarikan napas dan denyutan nadiku. Aku lupa pastinya kapan mulai menyukai gadis ini, rasa itu tiba-tiba sudah bersemi, entah siapa yang mengijinkan rasa itu hadir namun yang ku tahu perasaan itu sudah tumbuh subur di dalam hati, jika ditanya kenapa aku menyukai Dea, ooh… sampe sekarang akupun tak pernah tahu akan hal itu, pertanyaan yang sangat sulit buatku, mungkin karena Dea adalah sosok gadis yang tegas, tegar, berani, ceria dan akupun bingung,hahaha… tetapi bukan itu alasanku menyukainya, entah mengapa Dea menjadi sosok yang sangat penting dan berarti buatku, dan semenjak itu, aku selalu canggung jika berhadapan dengannya, tak pernah sekalipun bersikap wajar dihadapannya, malah terkadang menurut teman-teman raut wajahku terlihat ketus di depan Dea. Aku bener-bener tak tahu kenapa seperti ini, serasa ada gempa tektonik lokal jika di dekatnya.

Aku selalu gugup jika bersamanya meskipun Dea sedikitpun tak pernah menyadari hal itu, menyadari akan keberadaanku. Aku selalu ingat moment-moment yang menurutku penting saat bersamanya meski di kamusku tak ada category selain “penting” jika menyangkut Dea dan mungkin ia juga tak menyadari hal itu. Aku adalah orang yang pelupa, terkadang jika aku menaruh sebuah benda di suatu tempat, lima menit kemudian benda itu bisa raib dengan sukses dari ingatanku, tapi lain halnya ingatanku terhadap Dea. Mungkin space daya ingatku terserap hanya pada satu objek saja, ya sepertinya begitu.Dealah satu-satunya objek itu,

Aku masih ingat setiap detik saat aku bersamanya, mungkin bagi Dea itu hal yang biasa saja namun sebaliknya, bagiku juataan kali lipat lebih berarti, aku selalu mendokumentasikan semua moment bersamanya dalam sebuah buku catatan, buku catatan yang selalu kubawa kemana aku pergi,

Aku pandangi buku catatan yang sudah kusam ini, yang senantiasa setia menemaniku, perlahan aku buka lembar demi lembar, yups, mataku tertuju pada satu buah catatan.


Bogor, 11 desember 2008, sehabis hujan ringan jam 19.25

She makes me blublublub…


Hari itu seperti biasa gw berangkat kuliah dari kosan. jadwal kuliah hari itu ialah Teori Makroekonomi tau sendiri kan bang note, tempat jauh bener, bikin males kalo jalan kaki, itu lho di lantai 5 diruangan yang paling ujung banget.

Bang note kan tau kalo Gw biasa berangkat 30 menit sebelum kuliah dimulai. Nah, untuk menuju kesana gw lewat rute melalui taman kampus, soalnya biar enak aja pagi-pagi lewat taman, betul ga bang note? Nah tadi pas ditengah perjalanan gw ketemu sama temen gw, jenis kelaminnya cewe bang, ketemu di deket jalan menuju taman, tapi gw lupa namanya siapa, ntar bang note pengen kenalan lagi..hehe, bacanda.

Tau ga bang note, tadi dari kejauhan gw liat ada seorang gadis yang lagi duduk di taman, meskipun dari kejauhan tapi gw yakin dengan seyakin2nya kalo gadis itu adalah Dea, siapa lagi kalo bukan gadis yang gw suka, jangan pura-pura ga tau deh bang note, Dea kan satu-satunya nama yang paling sering gw ukir di badan bang note. Dia duduk di tangga-tangga deket rumah kaca, dari jauh hati gw udah dag dig dug duer..serasa banyak burung pipit diatas kepala gw nih bang, terus lambat laun berubah jadi bintang2 kecil warna kuning yang masih muter2 di kepala gw. yah gw doang sih yang ngerasain, gugup, speechless, pokoknya dah ga enak hati, tapi disisi lain gw luar biasa seneng, karena gw bisa liat Dea, liat DEA, bayangin aja sendiri, gw seneng mampus deh… tapi gw kesulitan ngungkapin rasa seneng gw nih, dan akhirnya seperti biasa, hanya diam dan tanpa ekspresi. Pas gw berdua jalan deketin Dea, temen gw ngajak dia jalan sama2 ke tempat kuliah,eh Dea mau, dan akhirnya Kita bertiga jalan bareng ke tempat kuliah TeMak (Teori Makroekonomi), posisi dia berdua jalan di depan, gw dibelakangnya. Perlu tau bang note, hari itu dia pake kerudung warna biru muda dan bajunyapun dengan warna yang sama. Cantik deh… hihi…jarang2 gw ungkapin kata ini, dan yang lebih bikin gw kagum lagi. Ternyata waktu dia duduk ditangga tadi, percaya ga bang note? dia lagi baca Al-Matsurat, sungguh lengkap keindahan yang gw dapet hari itu. Tapi bukan sampe disitu aja, mari dilanjutkan…

Pas kita bertiga sampe di ruangan kuliah, lama juga kita nunggu, gw duduk diluar coz gw ga bisa kalo didalem bareng Dea, gw bisa keliatan banget gugupnya,tau sendiri kan, bisa ada gempa tektonik di dada gw…skali lagi, TEKTONIK, jadi ya diluar aja. Akhirnya muncul satu orang lagi, yang ini gw masih inget namanya. “Wulan” dia mahasiswi jurusan ekonomi, hehe..secara dia suka nagih duit potokopi inilah, itulah...akhirnya tinggalah berempat disana, dan gw tetep diluar aja. Setelah lama-kelamaan ga pernah muncul lagi batang hidung yang namanya manusia alias mahasiswa-mahasiswa yang biasa duduk bareng dengerin khotbahnya pak wayan, itu lho bang note, dosen yang sukanya marah-marah kalo mahasiswanya datang telat. Akhirnya lama kelamaan kitapun berempat baru sadar, bahwa kita adalah korban kesalahan jarkom (Jaringan Komunikasi) alias yang ga kebagian sms informasi kalo hari ini ga ada kuliah Temak. Akhirnya satu persatu dari kami meninggalkan ruangan, oiya, gw baru inget, kalo ga salah temen cewe gw itu namanya Yenni. Yups..pertama dia pulang disusul oleh si Wulan…dan gw masih tetep diluar, dan satu orang lagi di dalem, siapa lagi kalo bukan gadis itu…gadis yang gw suka… disini hal yang ga gw lupain,

Dea keluar sambil bawa tas gw, karena tadi pas datang gw cuma sempet naro tas dan langsung ngeloyor keluar. Dea bawain tas gw dan ngajak pulang, gw cuma bisa nunduk dan jawab..”iya..” udah itu aja, tapi sepertinya Dea ga sadar dengan rasa canggung gw. Tak apa-apa.. Dea ga perlu tau hal itu, yups, Dea bawain tas gw..BAWAIN TAS GW!!! hehe..terus kita pulang dan jalan bareng, tapi gw ga bisa jalan disampingnya, jadi gw berusaha jalan aga cepet di depan, ya..didepan Dea, tapi akhirnya pas deket tangga, satu lagi momen yang paling gw inget, Dea narik tas gw dan bilang, “jalannya jangan cepet2, tungguin…” aarrgghh.. ya ampuuuun sebenernya kalo Dea jalan dengan kecepatan 1 meter/jam pun dengan senang hati bakalan gw tunggu, ampe besok pun tetep gw tunggu, tapi waktu itu gw hanya bisa menundukkan wajah dan bilang,” iya…” just it. Dan kita jalan bareng sampe lewatin taman berdua, BERDUAA!!! Kebayang ga bang note senengnya gw??? Yah, tapi kita berpisah disitu, Cuma sebentar,dan Cuma itu aja, itu aja dan biasa bagi bang note, tapi sangat berarti bwt gw,Cuma buat gw dan bukan bwt Dea… sekali lagi gw ucapin terimakasih atas kesalahan jarkom ini…Thanks…



Minggu, 06 Februari 2011

“I hate to believe for this sweet madness” (maunya jadi tulisan utuh, yah maunya yg mboten-mboten aja)

“Bagaimana aku bisa menerima semua ini, dosa apa yang telah aku lakukan. Aku terpaku menatap sebuah danau, terlihat beberapa pasang muda-mudi sedang memadu kasih di sisi danau, tertawa dan bercanda serasa dunia milik mereka berdua. Dan aku hanya membatu disini.”


Dea menyuruhku untuk langsung pulang, tapi kupikir tidak. Aku harus mengantarkan dea hingga sampai didepan pintu kostnya, sepanjang perjalanan aku hanya terdiam begitupun dengan dea yang asik mengutak atik blackberrynya. Lalu kumulai membuka percakapan, “ko jadi diem begini ya?”, “abisnya lo diem sih” timpalnya. Lalu mulai sedikit mencair obrolan diantara kami hingga tak terasa sudah hampir sampai ke tempat kostnya di jalan antapani bandung.

Aku antar dea hingga masuk pintu gerbang lalu aku mulai membalikkan badan sedikit berharap dea melihatku untuk terakhir kali tapi tidak, ada dua anak kecil yang sedang bermain sepeda di jalanan sempit dekat tempat kost dea, kedua anak kecil itu memakai sepeda yang di samping kiri kanan ban belakangnya menempel roda kecil untuk membantunya agar tidak jatuh, tiba-tiba salah satunya menghampiriku dan berkata, “kak.. namanya siapa? kakak ganteng deh, aku mau jadi pacar kakak” anak itu berkata dengan polosnya, lalu akupun tersenyum, dalam hati aku berkata “kakak berharap kakak yang baru masuk tadi berkata seperti itu juga sama kakak” anak itu tetap mengemut permen kojek dengan asyiknya mungkin tak mengerti dengan apa yang sedang aku pikirkan, lalu dia berkata “kakak suka ya sama kakak yang baru masuk tadi?” tanyanya, "aduh… anak kecil sekarang ko sudah bicara seperti ini ya" pikirku dalam hati, akupun berjongkok untuk mengimbangi tingginya dan bertanya “nama kamu siapa?”, “dea kak…” jawab anak itu dengan spontan, aku sedikit kaget mendengar namanya,lalu aku tersenyum dan mengeluarkan dua buah coklat pemberian dea saat menonton tadi dan kuberikan masing-masing satu sambil kuusap kepalanya, dea kecil sedikit malu-malu menerimanya namun tak berapa lama langsung dia buang permen kojeknya yang tinggal sedikit lagi dan mulai memakan coklat dengan lahapnya sambil asyik kembali bermain sepeda, “terimakasih kakak” ucapnya.

Mencoba mengalihkan pikiran tetapi percuma, semua ingatan memusat pada satu nama, “Dea” entah bagaimana caranya agar aku bisa menghapus nama itu dari kepala. “how can it’s so easier to believe?” celotehku. Semua mimpi mustahil akan terwujud, imajinasi raib bersama semua semangat dan kewarasanku, “I hate to believe for this sweet madness” gumamku. Berjalan menyusuri trotoar dengan tatapan kosong layaknya mumi di mesir sana, mulai menyalakan kembali sebatang rokok yang sempat tertunda saat menelepon Tata, langitpun mulai menampakkan rasa ibanya, dan mengguyur seluruh badanku dengan derasnya, tak ada setetespun air mata yang keluar, mungkin sudah tak ada lagi rasa dalam tubuhku, berjalan dan terus berjalan, tak perduli dengan lelahnya kaki yang memohon untuk sejenak beristirahat,tak perduli dengan derasnya guyuran air hujan menerpaku, aku hanya ingin menunda, ya..menunda sejenak ingatanku tentang dea, hanya dengan terus bergerak aku bisa melupakan sedikit memoriku tentang dea, rokokku kembali padam karena diguyur hujan yang semakin deras, aku berhenti sejenak di depan sebuah toko pakaian, tak ada tujuan apa-apa hanya berhenti sejenak mengabulkan permohonan kakiku.

Aku kembali mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, sedikit mengurangi rasa dingin yang perlahan mulai hinggap, kaki ini tiba-tiba melangkah memasuki toko, beberapa penjaga menatapku dengan wajah heran dan was-was, menelisik dari ujung sepatu hingga ujung rambut yang sedari tadi tak henti-hentinya meneteskan air ke lantai, aku hanya berjalan sambil memuntahkan asap rokok disekelilingnya,dan tak menyentuh satu pakaian pun, datang seorang gadis pegawai toko yang menghampiri “cari apa mas?” tanyanya, aku sejenak terdiam dan memandang lekat wajahnya, dan sekali lagi dia bertanya, “mas cari apa?”sedikit lebih tinggi suaranya namun tetap sopan, aku masih terdiam dan tak tau mau apa, mungkin insting tubuh yang membawaku masuk kedalam toko untuk mengganti baju yang sudah basah kuyup “Tolong pegang rokok saya” pintaku, tentu saja dia menolak “ga ah, nanti saya disangka ngrokok lagi sama orang-orang”.terlihat beberapa pegawai tertawa kecil melihat kami berdua “pegang aja, saya mau pilih baju, nanti pakaiannya bisa bolong-bolong kena rokok, dan saya ga mau rokok saya sampai mati”paksaku. Lalu dia mengambil rokok yang ada di tangan kananku dengan wajah yang sedikit kesal. Tanpa memilih langsung aku ambil sebuah baju yang ada didepanku, “saya mau pake sekarang, disini sekarang juga” kataku, “mas, di ruang ganti aja mas salinnya, jangan disini, aduh..mimpi apa sih saya bisa ketemu mas ini” dia memohon dengan wajah yang sedikit gugup sambil melihat-lihat ke sekitar “aduh mas ini, bikin repot saya aja,ntar kalo diliat orang bagaimana?”pegawai itu terus menerus mencoba melarangku, namun tak sedikitpun kuhiraukan permohonannya, tanpa pikir panjang aku membuka baju yang sudah basah kuyup tadi di depannya dan menggantinya dengan baju yang baru.

Beberapa pegawai toko hanya saling berpandangan melihat kami, lalu aku mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa lembar limapuluh ribuan. “aduh, maap mas, bayarnya dikasir aja tuh disana” dia mengarahkan telunjuknya kesudut ruangan di toko itu, namun tak ku pedulikan “nih saya bayar, ambil kembaliannya” dia nampak kebingungan,aku rebut kembali rokok yang dia pegang,dia masih diam sambil matanya tak beralih dari wajahku tanpa ekspresi“baju saya!” kataku mengagetkannya yang masih bengong, lalu dia mengambil baju yang basah kuyup tadi dan membungkuskannya untukku seraya berucap “i.. iya… mas, i…ini mau saya bung..kus”dengan cepat akupun mendekatinya, dia sedikit kaget lalu selangkah kecil mundur kebelakang, aku dekati lagi hingga jarak tubuh kami hanya sekitar 10 cm bahkan kami bisa mendengar suara napas kami berdua, “hmm..mmas, mas ma..mau apa?” dia berkata tergagap-gagap.semua orang tak memalingkan pandangannya dari kami, aku tatap matanya lekat-lekat dan kami berdua terdiam untuk beberapa detik, dia tampak kebingungan dengan situasi ini namun tidak bereaksi apa-apa, terdengar napasnya mulai tak stabil, entah gugup atau takut aku tak tahu, kubisikkan sesuatu ketelinganya “mau ambil ini…” seraya mengambil bungkusan yang ada ditangan dia dan melangkah meninggalkannya.

Hujan masih belum reda, namun aku dengan santai melangkah keluar toko, kembali menghisap rokok, kembali membasahi baju yang baru aku ganti, kembali menyusuri jalan yang entah aku sendiri tak tahu berada dimana. Sepintas terlihat beberapa pegawai tadi melihatku dengan penuh keheranan dekat pintu toko, mungkin setelah itu namaku akan di blacklist untuk memasuki toko itu, ah tak lagi aku pedulikan. Aku hanya ingin berjalan dan terus berjalan, meski sepatu ini harus rusak, meski telapak kaki ini lecet, aku hanya ingin terus berjalan, hanya cara ini yang sempat terpikir untuk bisa menghilangkan sejenak pikiran terhadap dea.

Tak terasa malam sudah semakin larut, mungkin sudah saatnya aku pulang kembali ke Bogor, meninggalkan semua perasaanku, khayalan dan mimpiku di kota ini. Hujanpun sudah mulai reda, aku melangkahkan kaki menuju terminal leuwi panjang, akhirnya sampai juga dengan berjalan kaki, kebetulan bis yang aku naiki adalah bis terakhir menuju Bogor malam itu, aku memilih duduk dekat jendela, kursi disebelahku masih kosong. tidak perlu menunggu sampai penuh, sopirpun langsung menghidupkan mesin dan perlahan meninggalkan terminal leuwi panjang, mataku menatap keluar jendela, ditengah perjalanan, dalam diam hal yang aku hindaripun muncul, pikiranku mulai meronta-ronta, ingatanku kembali menyeruak dengan hebatnya, diluarpun hujan kembali turun, lebih lebat dari sore tadi, mengguyur jalur bis yang aku lalui dengan derasnya.

Satu persatu ingatanku mulai muncul, terlihat saat dia tertawa dengan kerasnya sewaktu mendengar cerita lucu temanku, aku sedang menatapnya dari kejauhan dan dia tak pernah tau, lalu muncul lagi ingatan saat pertama kali dia menyapa, aku hanya tersenyum dan menundukkan kepala, dia tak pernah tau betapa senangnya aku saat itu, kemudian muncul ingatan saat pertama kali makan bersama seusai mengerjakan tugas kuliah hingga larut malam, aku selalu mencuri-curi pandang terhadapnya, masih jelas terdengar gemerutuk suara sendok yang menyentuh giginya karena ia makan terlalu lahap, tapi lagi-lagi dia tak sadari itu, teringat saat dia menarik tali tasku dan meminta aku tuk berjalan lebih pelan karena takut tertinggal, lalu aku memperlambat agar bisa mengimbangi dan berjalan disampingnya, betapa senangnya aku namun lagi-lagi dia tak sadari itu, waktu pertama kali dia mencoba menggodaku dan dia berpikir saat itu aku marah karena diam saja dan tak menanggapinya, bukan..itu bukanlah marah,melainkan aku terlalu gugup dan tak tahu bagaimana cara menanggapinya, dan akhirnya hanya diam saja, dan..dan…arrgghh… semua memory itu tumpah layaknya air bah, tak terbendung lagi. Tak tahu dengan cara apa aku bisa hentikan, tiba-tiba ingatanku mengarah tentang kejadian tadi siang, saat kita makan bersama, saat kita nonton film di bioskop, saat dia tertawa melihat adegan lucu beberapa aktornya, dan saat..saat dia berkata bahwa percakapan waktu itu hanya untuk mempersingkat waktu saja karena dia sudah lelah bukan benar-benar menyukaiku..dan..dia berkata bahwa selama ini tak menyimpan perasaan apapun terhadapku. Aaarrgghhh… “How it can happen to me???”

Terdengar samar-samar sebuah lagu, sopir bis memutarkan sebuah lagu sebagai hiburan ditengah perjalanan. Sepertinya aku mengenali lagu ini, sedikit mengalihkan lamunanku, setelah kuingat-ingat,ya ini soundtracknya city of Angels dari Sarah McLachlan yang sering kudengarkan untuk menemani bekerja ketika lembur dikantor, aah..masa bodoh.

Perlahan aku membuka tas, mengambil pena dan sebuah buku, buku yang selalu ku isi dengan tulisan-tulisan tentang semua kejadian aku dengannya, meski hanya saat ia menyapa dan pergi begitu saja, buku itu juga berisi semua sms-sms yang pertama hingga yang terakhir yang dia kirimkan, yang terbaru dia sms kemarin sore dan masih tersimpan di inboxku “aku demam…” tertanggal 10 mei 2010 pkl 20:58 Wib , semuanya terekam dengan begitu jelas.

In the arms of an angel…

Fly away from here…



Terdengar semakin jelas suara yang merdu dan penuh penghayatan dari sarah Mclachlan, sehingga tak salah jika memang lagu itu disukai banyak orang bahkan supir bispun sepertinya menyukai lagu ini karena dia sedikit meninggikan volume ketika sampai pada bagian reff…

Aku kembali menatap buku itu,lalu membuka lembar demi lembar, untunglah masih ada lembaran kosong pikirku meskipun hanya tersisa beberapa lembar saja. Rasanya ingin ku tulis sesuatu di lembaran terakhir buku ini, tak tau apa. Lalu dengan terbata-bata aku bersuara seraya menuntun lenganku untuk menuliskan beberapa kata.

“cin..ta itu.. sam..pah
cin..ta itu.. ko..nyol
cin..ta itu penya..kit
cin..ta itu sa..kit.. ji..wa..”

dan sejenak aku menghela napas panjang, sedikit memberi ruang untuk ku berpikir, lalu aku kembali berlirih

“dan... perla..han
A..ku.. beru..bah menjadi sam..pah
Pribadi.. yang ko..nyol penyakitan.. dan.. gi..la..”

“KARENA..NYA…..”


Tak terasa beberapa tetes air mata jatuh bersamaan dengan tetesan air hujan diluar sana.
“don’t dream, it’s over!!!”

Orang yang tak pernah menderita
karena cinta, sesungguhnya tak pernah
mengenal cinta.

Jika rasa itu tak pernah melukai,
pasti itu bukan cinta.

Cinta membuka yang selama ini tertutup,
menyadarkan yang belum pernah disadari,
mencemerlangkan yang tak terlihat,
dan memuliakan yang tak terhargai.

Cinta melambungkan harapan ke langit.

Tapi, jika ia dikecewakan,

Cinta menyayat hati sampai ke dasarnya.

Mario Teguh

High Heels vs Sandal Jepit Oranye

Hari ini di kantor ada sedikit pekerjaan yang harus kuselesaikan hari itu juga sehingga aku pulang sedikit terlambat, kurang lebih jam 8 malam aku melangkah pulang meninggalkan kantor menuju stasiun Manggarai, tiba disana aku langsung menuju loket dan membeli karcis untuk kereta ekonomi AC jurusan Bogor. Aku taruh pantatku di tempat duduk yang terbuat dari bantalan rel yang di cat berwarna hijau yang sudah terkelupas, tempat duduk itu terbentang sepanjang tempat tunggu antara jalur lima dan enam di stasiun Manggarai, biasanya kereta kearah Bogor berhenti di jalur enam. Aku menunggu sambil mendengarkan music dari HP, sekedar untuk menghilangkan rasa jenuh,.
Selang beberapa menit, terdengar sebuah pengumuman bahwa akan datang kereta ekonomi balik dari stasiun Jatinegara menuju Manggarai lalu balik kearah Bogor. Pikirku, Jika memang kosong lebih baik aku ikut kereta ini saja karena ekonomi AC masih lama dan pasti tidak dapat kursi pula.

Tidak harus menunggu lama kereta ekonomipun muncul di jalur lima, setelah kuamati, benarlah bahwa kereta itu lumayan lenggang jadi tak disia-siakan lagi, aku langsung masuk dan duduk dikursi bagian tengah dekat kipas angin berharap bisa sedikit menghilangkan keringat yang belakangan baru kutahu bahwa ternyata kipasnya tidak berfungsi alias rusak.

Malam itu keadaan kereta tidak terlalu ramai sehingga ada beberapa kursi yang masih kosong, Disebelahku ada seorang bapak-bapak mungkin usianya sekitar 50 tahunan dan dikiri ada dua orang anak kecil yang sedang asyik bercanda sepertinya memang kakak beradik, satu laki-laki usianya sekitar sepuluh tahunan dan satu lagi perempuan usianya mungkin sekitar tujuh tahunan, keduanya memakai celana SD yang berwarna merah, dan tampangnya sangat lusuh, malam-malam begini kenapa anak-anak seusianya masih bercanda di kereta, apa orang tua mereka tidak mencarinya pikirku, ah ya sudahlah kenapa aku repot-repot memikirkan hal itu, badan dan pikiranku sudah lelah aku ingin buru-buru sampai rumah. Setelah aku menunggu beberapa menit akhirnya keretapun berangkat meninggalkan stasiun Manggarai.

Ditengah perjalanan, aku tertidur sambil memangku tas dengan pulasnya, hingga tak sadar apa yang tengah terjadi di sekitar.

Ketika kereta sampai di Stasiun Lenteng Agung, aku terbangun dengan suara ribut dan makian didepanku. Kereta sudah lumayan penuh, aku melihat seorang Ibu yang menggendong bayi sedang memarahi anak perempuan yang duduk disampingku, hidung anak itu berdarah, “lo kecil-kecil kurang ajar ya ma orang tua!!! Monyet lo!!!” bentak si ibu, namun anak itu tidak kalah seru, dia membalas dengan perkataan yang menurutku tidak pantas diucapkan oleh anak seusianya, “lo maling!!! Anjing lo!!! Beraninya sama anak kecil!” balas anak itu, terlihat kakak lelakinya yang sedari tadi diam ikut membantu adiknya, “lo beraninya ma anak kecil!!! Dasar lo bangsat!!!” timpal kakaknya, ibunya membalas ”lo berdua yang kurang ajar ma orang tua!!! Kecil-kecil kaga sopan lo!!! Anjing!!”, lalu anak perempuan itu kembali ngotot dan membentak si ibu “Apaan lo!!! Dasar lo! Emangnya gw kaga berani sama lo!!!”bentaknya tehadap si ibu dengan nada yang tidak kalah tinggi.

Aku hanya diam melihat kejadian itu, si ibu bersiap mau memukul kedua anak itu namun sianak tetap tidak berhenti memaki, beberapa orang memisahkan mereka bertiga, dan akhirnya penumpang yang lain menyuruh kedua anak itu turun.

Ketika kereta sampai di stasiun Pondok Cina, kedua anak kecil itupun turun, namun tetap saja mereka masih memaki terhadap si ibu dan begitupun si ibu yang di dalam kereta, dia tetap membentak dan membalas memaki. Ketika sampai di Stasiun Depok Baru, si ibu akhirnya turun juga.

Sekarang posisiku sudah tidak duduk lagi karena kursinya kuserahkan kepada seorang ibu yang baru saja naik. Aku masih terkejut dengan kejadian tadi, ada apa sebenarnya. Ada seorang ibu yang memarahi kedua anak kecil, anak perempuan yang hidungnya berdarah, kedua anak yang memaki ibu itu dengan kata-kata yang tidak pantas dan tidak sopan, ada apa sebenarnya batinku bertanya.

Tiba-tiba bapak yang duduk disamping kanan tadi menyadarkan aku dari sebuah lamunan dengan menepuk pundakku, sekarang posisi si bapak ada disamping kiri karena kami sama-sama berdiri menghadap ke arah jendela. “ko melamun dek? Memang sih aneh, biasanya kan suka hujan, tapi malem ini langitnya lumayan cerah” bapak tersebut memulai percakapan dengan awalan yang sedikit sok tahu, memang saya melamun memikirkan hujan apa pikirku, “eh , iya pak, hmm… iya juga ya ko tumben cerah” balasku dengan nada mengiyakan pernyataan si bapak tadi. “oh iya pak, bapak tau kenapa si ibu marah-marah sama dua anak kecil itu? Tadi saya ketiduran pak..hehe..pas bangun eh udah mulai adegannya..hehe..” tanyaku mulai penasaran,”ooh..pantesan, adek ga tau toh, tadi awalnya anak perempuan itu dorong si ibu, terus si ibu itu marah dan menampar si anak kecil sampe berdarah gitu, ya terus adek bisa liat sendirikan lanjutannya?” bapak itu sedikit menjelaskan, tapi aku masih penasaran, “emangnya kenapa pak, itu anak sampe dorong si ibu tadi, kan kasian, bukannya si ibu lagi gendong bayi tuh, pake dimaki-maki gitu lagi” lagi-lagi aku penasaran. Si bapak itu menjawab “sebenernya, anak itu ga salah juga, kalo maki-maki sih mungkin dari pergaulan dia di jalanan, adek inget dia maki-makinya bilang apa?”, “seinget saya sih, hmm..maap ya pak ini aga kasar, dia bilang anjing, bangsat, malinglah apa gitu pokonya ya memang kasar gitulah..hehe..saya lupa lagi..” jawabku, tiba-tiba si bapak tadi menghela napas panjang seakan mau memberikan penjelasan yang cukup berat “hmm.. begini dek, tadi pas adek lagi tidur, si ibu itu diem-diem mo ambil handphonenya adek, bapak liat sendiri ko dengan jelas, termasuk beberapa orang yang ada di depan bapak juga melihat, cuman bapak ga berani kasih tau, karena kemungkinan besar si ibu itu juga ga sendirian alias ada backingnya, ya bapak sih takut” bapak itu menjelaskan, lalu dia sedikit menghela napas kembali, memberi jeda dalam penjelasannya, “nah, anak perempuan tadi itu malah berani dorong si ibu tadi, ya gitu deh awal kejadiannyanya” sambung si bapak, tiba-tiba aku merasa tersentak dengan penjelasannya, bukan main merasa kaget dan bersalahnya aku.

Kereta sudah sampai di stasiun Bogor. “saya duluan ya dek, udah malem kesian keluarga saya nunggu dirumah” bapak tersebut berpamitan, “oh iya pak, makasih banyak pak” balasku. Aku berjalan menuju tempat parkir untuk mengambil motor yang pagi tadi dititipkan di parkiran Stasiun Bogor. Aku pacu scooterku menembus angin malam dijalanan Bogor, tiba di jalan Surya Kencana kuarahkan ke kiri menuju Batu Tulis dan menuju rumahku di Cigombong dengan jalur alternative Cipaku (arah kaki gunung Salak). Di tengah perjalanan aku tak henti-hentinya memikirkan kejadian tadi, sedang apa sekarang kedua anak kecil itu, sudah makankah? Tidur dimana mereka malam ini? Hmm… batinku bergejolak, dan satu pernyataan terlontar dari pikiranku, “bagaimana cara aku berterimakasih pada kedua anak tadi?”.

Hey girl! ouch...you push my heart!

Sekitar pukul 18.30 WIB kereta ekonomi AC tujuan akhir Stasiun Depok tiba di Manggarai. Aku dan temanku Tony bergegas menaiki kereta tersebut. Meskipun tujuan akhir kami Stasiun Bogor, tapi kami rela untuk transit terlebih dahulu di Stasiun Depok karena selain sedikit lebih lenggang dibanding kereta tujuan Bogor. Kereta ini juga lebih banyak mengandung vitamin A alias bisa cuci mata gratis (laki-laki pasti paham).

Tidak berapa lama kereta mulai meluncur meninggalkan stasiun Manggarai. Aku dan Tony berdiri bersebelahan menghadap kaca jendela, tiba-tiba mata kami berdua tertuju pada satu makhluk dengan ciri fisik warna kulit putih, berkerudung merah jambu, baju warna merah jambu pula memakai manset putih dan bercelana bahan warna hitam, jelas bahwa dia berjenis kelamin wanita. Mungkin masih mahasiswi karena kulihat dia memegang sebuah buku yang kuamati berjudul Teori Mikroekonomi karya Walter Nicholson. kalau tidak salah dulu buku itu pernah jadi acuan bahan kuliah Mikroekonomi sewaktu aku semester empat.

Perempuan berkerudung merah jambu itu sempat melihat kearahku dan tersenyum, hatiku dag dig dug tak keruan, aku langsung membalas senyumannya dengan senyuman mautku, lama sekali aku tersenyum kearahnya hingga gadis itu pun memalingkan wajahnya,mungkin berasa akan muntah tapi entahlah hanya Tuhan dan dia sendiri yang tahu. Setelah itu aku hadapkan wajahku kearah jendela. Lho… itu siapa yang pake masker pikirku saat aku melihat pantulan bayangan dari kaca jendela kereta, oh my god aku lupa, ternyata aku masih mengenakan masker, berarti dari tadi sia-sia saja aku keluarkan senyuman mautku.

“Ton, cewek itu senyum ke gw” kataku pada Tony, “orang dia liat gw ko, berarti dia itu senyumnya ke gw” sergah Tony tidak mau kalah. Ya sudahlah,lagi-lagi Cuma Tuhan dan gadis itu sendiri yang mengetahui kepada siapa dia tersenyum.

Kereta sudah mulai penuh, sekarang gadis tadi tepat berada di belakang kami, posisi kami saling memunggungi karena sama-sama menghadap kearah jendela. Aku dan Tony terkadang mencuri-curi pandang atau sejenak menatap dia dari pantulan kaca jendela kereta. “kenalan yuk…” ajak Tony, “hmm…okelah bray..” jawabku, kereta berhenti di stasiun Universitas Pancasila, posisi kami masih saling membelakangi, sejenak kulihat dari pantulan kaca jendela untuk memastikan keberadaan si gadis tadi, “lho Ton, kemana cewek tadi?” tanyaku,”wah jangan-jangan udah turun” jawab Tony, mata kami masih menyelidik melihat dari pantulan kaca jendela di depan. Akhirnya aku langsung balikkan badanku dan bergegas menuju pintu kereta di sebelah kiri, mataku menyisir setiap sudut stasiun dari arah depan maupun belakang kereta tapi tetap tak menemukan gadis tadi. Lalu aku balikkan wajahku kepada Tony “Ton, kemana cewek pink tadi? Aah gagal deh mo kenalan sama cewek cakep” kataku sedikit berteriak, Tony hanya diam saat menoleh kearahku namun kulihat wajahnya seperti kaget dan termangu lalu terlihat seperti menahan sesuatu, yah, dia menahan untuk tertawa. “harusnya kita ga kelamaan mikirnya, aah lo Ton” celotehku lagi, tapi saat itu Tony malah membalikkan wajahnya dan dia tertawa terbahak-bahak sampai beberapa orang melihatnya. Ada apa dengan si Tony ini batinku penasaran.

“Ehem..” tiba-tiba terdengar suara seseorang yang berdehem, posisiku masih berdiri di depan pintu kereta, dan mataku tetap mencari menelisik penumpang di luar kereta, “sial nih, pergi kemana ya cewek tadi?” gumamku, “ehem..” suara itu terdengar lagi, namun kali ini dibarengi suara cekikikan, suara tersebut berasal dari kursi yang tepat berada disampingku, lalu aku alihkan sejenak pandanganku kearah suara tadi, dia berkurudung merah jambu, sepertinya dia sedang tertawa namun wajahnya sedang tertunduk dan ditutupi oleh buku, ya buku itu sepertinya pernah kulihat, kucondongkan sedikit badanku kearahnya sambil aku mengerutkan dahi, kulihat lagi dengan seksama, kuperhatikan lekat-lekat buku itu, sambil terbata-bata aku membacanya,

“Wal..ter… Nichol..son..”