Selasa, 12 April 2011

Bapak Terbaik (maunya jadi tulisan utuh, yah maunya yg mboten-mboten aja)

Lagi-lagi pagi telah kembali menghampiri tempat tidur bocah yang sedang dibuai mimpi, perlahan menyibak selimut yang menutupi tubuhnya mulai dari ujung kaki hingga pertengahan pahanya, perut yang sedikit terlihat karena bajunya sudah tidak pada posisi yang benar, sprei bukan lagi di atas kasur melainkan di bawah tempat tidur, bantal yang satu menempel diantara selangkangannya dan satu lagi ada di kolong meja belajar, rambut ikal hampir menutupi separuh mukanya yang katanya mirip brad pitt tapi sebenarnya lebih mirip sandal jepit, posisi tidur yang dari sudut pandang manapun tak pernah sedap dipandang mata, baik mata hati, mata kaki, mata batin, mata-mata, mata belek, mata hari, ataupun matta band (what’s the maksud?), bukan apa-apa ia adalah orang yang gemar bermain pencak silat ketika tidur sehingga jika ia tidur, kaki dan tangannya bergerak dengan lincah ke kiri, ke kanan, ke atas, ke bawah, serong, maju dan mundur tanpa arah dan tujuan pasti mirip seorang suami yang lagi pengen tapi malu bilang sama istri. Nah kalau seperti itu seorang istri harus bisa memahami suaminya agar ia tidak leluasa mencari kehangatan diluar rumah agar keluarganya tetap harmonis tanpa ada lagi prasangka diantara keduanya, karena itu hanya akan memperkeruh dan memperburuk hubungan diantara sepasang suami dan istri. Sehingga ketika sudah tidak lagi nyaman dalam berhubungan intim maka arah ke pintu perceraian akan semakin terbuka lebih lebar, nah jika… STOooooP! Maaf, ini bukanlah forum konsultasi dokter terfavorit itu lho, siapa lagi kalau bukan dr. Boyke, wuih… cukup! terlalu cepat dan jauh kita membelot teman-teman mari kita teruskan kesesatan kita, lho.

Kukuruyuuuk... Seno si ayam terjantan dikelasnya mulai berkokok, suaranya sangat nyaring dan lantang mirip suara seorang komandan Hansip yang menyiapkan anak buahnya agar barisannya lebih rapi dibandingkan anak SD pada waktu upacara 17 Agustus di dekat kantor Kepala Desa. Kukuruyuu...k dua kali seno berkokok, Kukuruyuuuk tiga kali seno berkokok dan... KKUKURUYUUUUKKK!! Apaan tuh, Suara balasan dari ayam lain menggelegar memecah langit mengguncang bumi bagai suara petir yang menyambar komandan Hansip yang sedang menyiapkan anak buahnya agar barisannya lebih rapi lagi dibandingkan anak SD pada waktu upacara 17 Agustus di dekat kantor Kepala Desa. Aau.. Auu.. Whooaah.. gubrax! Suara apaan lagi tuh? Ckckck...Ternyata suara bocah yang tidur tadi toh, ya bocah itu pemilik ayam yang namanya seno tadi, majikan dan tuannya tak sulit dibedakan, mungkin itulah rutinitas yang dilakukan oleh dua makhluk yang secara biologis berbeda tetapi secara batiniah bisa dibilang SAMA! ayam kampung dua-duanya. Itulah bentuk komunikasi hati mereka yang mungkin hanya mereka sendiri yang tahu maksud dari itu semua dan merupakan pertalian batin antara ayam dan tuannya, entah sampai kapan itu berlangsung, bagaimana jika suatu saat nanti di pagi yang lain Seno tidak lagi mendengar balasan dari tuannya? Mungkin ia akan merasa tidak enak makan dan minum, tidur tidak nyenyak, mati segan hidup ogah-ogahan, lebih memilih terjun ke sungai dan pura-pura tenggelam atau pergi merantau kenegeri tetangga atau bisa juga menyerahkan diri pada sang musang lebay. Sudah cukup tak perlu diteruskan, Terlalu jauh kita bercerita.

Whooaaa...selamat pagi dunia, dari dahulu pagi memang selalu menakjubkan, selalu penuh dengan inspirasi untuk orang-orang yang bangun apalagi pagi yang selalu diiringi dengan lagunya shiver yang dibawakan secara akustik oleh coldplay, serasa dunia ini tak pernah berakhir alias kaga ada matinye... sambil kuhentak-hentakkan kaki dengan sedikit goyangan kepala menyondongkan badan ke kiri dan ke kanan lalu membentuk sebuah putaran, wuih! Tak ada yang bisa menandingi indahnya pagi ini, karena awal dari hidupku hari ini terletak pada saat matahari mulai mengintip malu-malu dari sebelah timur sana. Selamat pagi matahariku.

Ini hari pertama aku masuk sekolah SMA, sekolah itu bernama SMA Negeri 1 Cijeruk. Dilihat dari namanya memang tidak populer dan terdengar seperti nama buah-buahan yang ada di iklannya miss universe itu lho, tapi jangan salah, walaupun aku tidak tahu apa-apa tentang prestasinya tetapi sekolah itu termasuk sekolah yang favorit di daerahku. Selain karena memang sekolah negeri satu-satunya yang terdekat, sekolah itu juga menempati tempat yang paling layak dibanding sekolah lainnya, salah satu teman ada yang bercerita tentang sekolahnya, sekolah tempatnya berada di dekat pembuangan sampah pasar sehingga terbayang sudah aromanya seperti apa dan juga letak sekolahnya berada di ujung tempat pasar sayur-mayur, tanpa pintu gerbang sehingga yang lewat disitu bukan hanya siswa atau guru saja terkadang penjual sayurpun lewat dengan santainya di sepanjang kelas sambil petantang-petenteng memikul sayuran dan jika mau menuju sekolah, maka siswa atau guru harus melewati pasar yang becek tidak ada ojek dan secara tidak sengaja setiap hari mereka harus mendengar serombongan ibu-ibu yang menawar sayuran bahkan ia sendiri sering dititipi berbagai daftar belanjaan oleh ibunya, bibinya, neneknya, ibu temannya, bibi tetengganya sampe tetangganya tetangga, bahkan adik yang paling kecilpun ikut-ikutan nitip walau hanya sebatang permen kojek. Jadi bisa dibayangkan dengan jelas kenapa sekolahku adalah sekolah yang favorit karena memang sekolah yang lain keadaannya lebih buruk dari sekolahku. Dari itu aku bersyukur sekali bisa sekolah di tempat itu.

Inilah hari pertama aku mengenakan seragam SMA yang merupakan seragam yang diidam-idamkan ketika masih SMP, menurut pandangan kami saat itu ketika melihat pelajar yang berseragam SMA dilihat dari sudut manapun tetap saja keren, dan kini aku telah mengenakannya (apakah aku keren?). Ada sebuah aturan disekolah yang mewajibkan seluruh siswanya untuk memakai sepatu berwarna hitam dan kaos kaki putih, aturan itu sih tidak terlalu memberatkan karena memang mudah saja bagi siswa yang berasal dari sekolah SMP negeri atau sekolah swasta yang bonafid mereka sudah terbiasa dengan aturan macam itu di sekolahnya dan itu juga tidak bermasalah bagi siswa-siswa yang memang berasal dari keluarga berada yang memiliki berpasang-pasang sepatu yang belum tentu dipakai semua tapi itu tidak berlaku buat aku. Aku hanya memiliki satu buah sepatu yang sudah jelas dilihat dari sudut manapun tetap saja warnanya bukan hitam. Satu hal yang masih terbayang hingga kini yakni ketika aku sempat marah-marah kepada Bapak meminta dibelikan sepatu berwarna hitam karena takut dihukum melanggar aturan sekolah, maklumlah itu hari pertamaku disekolah sehingga akan malu sekali jika dihari pertama aku masuk sekolah harus kena hukuman. Saat itu Bapak memang sedang tidak memiliki uang karena permintaanku tergolong mendadak, Bapakpun saat itu sulit sekali memperoleh pinjaman dari tetangga. Aku sempat kebingungan karena besoknya aku harus memulai untuk bersekolah namun hingga malam ini sepatuku tidak kunjung berwarna hitam. Aku sempat berkeinginan untuk tidak bersekolah karena takut kena hukuman namun Bapak bilang ”kamu harus sekolah dan masalah sepatu hitam itu serahkanlah sama bapak, kamu siapkan saja keperluan kamu untuk esok hari”. Esok paginya ternyata sepatu berwarna hitam telah ada dihadapanku walaupun masih terlihat bercak-bercak warna putih, aku baru tahu bahwa ternyata semalam Bapak pergi kerumah tetangga-tetangga mencari mungkin ada sisa cat berwarna hitam, dan akhirnya ada seorang tetangga yang sudi memberikan catnya yang biasa ia gunakan untuk mengecat jaket kulit agar nampak hitam kembali dan malam itu juga bapak mengecat sepasang sepatu punyaku biar nampak terlihat hitam disaat aku tertidur. Bapak berkata, ”sekarang untuk sementara kamu pakailah dulu sepatu ini, nanti kalau kamu pulang sekolah catnya luntur biar bapak yang mencat lagi”. Lalu aku pamitan dan mencium kedua tangan orang tuaku, ketika aku mulai melangkahkan kaki menjauhi rumah serasa ada sesuatu yang mengganjal di dalam mata, yah, perlahan mataku mulai meneteskan buliran-buliran air yang memaksa keluar, betapa tidak sopan dan tidak tau dirinya aku, namun satu hal yang aku ingat, betapa aku sangat bangganya memiliki Bapak sehebat Bapakku.

1 komentar: