Minggu, 06 Februari 2011

Hey girl! ouch...you push my heart!

Sekitar pukul 18.30 WIB kereta ekonomi AC tujuan akhir Stasiun Depok tiba di Manggarai. Aku dan temanku Tony bergegas menaiki kereta tersebut. Meskipun tujuan akhir kami Stasiun Bogor, tapi kami rela untuk transit terlebih dahulu di Stasiun Depok karena selain sedikit lebih lenggang dibanding kereta tujuan Bogor. Kereta ini juga lebih banyak mengandung vitamin A alias bisa cuci mata gratis (laki-laki pasti paham).

Tidak berapa lama kereta mulai meluncur meninggalkan stasiun Manggarai. Aku dan Tony berdiri bersebelahan menghadap kaca jendela, tiba-tiba mata kami berdua tertuju pada satu makhluk dengan ciri fisik warna kulit putih, berkerudung merah jambu, baju warna merah jambu pula memakai manset putih dan bercelana bahan warna hitam, jelas bahwa dia berjenis kelamin wanita. Mungkin masih mahasiswi karena kulihat dia memegang sebuah buku yang kuamati berjudul Teori Mikroekonomi karya Walter Nicholson. kalau tidak salah dulu buku itu pernah jadi acuan bahan kuliah Mikroekonomi sewaktu aku semester empat.

Perempuan berkerudung merah jambu itu sempat melihat kearahku dan tersenyum, hatiku dag dig dug tak keruan, aku langsung membalas senyumannya dengan senyuman mautku, lama sekali aku tersenyum kearahnya hingga gadis itu pun memalingkan wajahnya,mungkin berasa akan muntah tapi entahlah hanya Tuhan dan dia sendiri yang tahu. Setelah itu aku hadapkan wajahku kearah jendela. Lho… itu siapa yang pake masker pikirku saat aku melihat pantulan bayangan dari kaca jendela kereta, oh my god aku lupa, ternyata aku masih mengenakan masker, berarti dari tadi sia-sia saja aku keluarkan senyuman mautku.

“Ton, cewek itu senyum ke gw” kataku pada Tony, “orang dia liat gw ko, berarti dia itu senyumnya ke gw” sergah Tony tidak mau kalah. Ya sudahlah,lagi-lagi Cuma Tuhan dan gadis itu sendiri yang mengetahui kepada siapa dia tersenyum.

Kereta sudah mulai penuh, sekarang gadis tadi tepat berada di belakang kami, posisi kami saling memunggungi karena sama-sama menghadap kearah jendela. Aku dan Tony terkadang mencuri-curi pandang atau sejenak menatap dia dari pantulan kaca jendela kereta. “kenalan yuk…” ajak Tony, “hmm…okelah bray..” jawabku, kereta berhenti di stasiun Universitas Pancasila, posisi kami masih saling membelakangi, sejenak kulihat dari pantulan kaca jendela untuk memastikan keberadaan si gadis tadi, “lho Ton, kemana cewek tadi?” tanyaku,”wah jangan-jangan udah turun” jawab Tony, mata kami masih menyelidik melihat dari pantulan kaca jendela di depan. Akhirnya aku langsung balikkan badanku dan bergegas menuju pintu kereta di sebelah kiri, mataku menyisir setiap sudut stasiun dari arah depan maupun belakang kereta tapi tetap tak menemukan gadis tadi. Lalu aku balikkan wajahku kepada Tony “Ton, kemana cewek pink tadi? Aah gagal deh mo kenalan sama cewek cakep” kataku sedikit berteriak, Tony hanya diam saat menoleh kearahku namun kulihat wajahnya seperti kaget dan termangu lalu terlihat seperti menahan sesuatu, yah, dia menahan untuk tertawa. “harusnya kita ga kelamaan mikirnya, aah lo Ton” celotehku lagi, tapi saat itu Tony malah membalikkan wajahnya dan dia tertawa terbahak-bahak sampai beberapa orang melihatnya. Ada apa dengan si Tony ini batinku penasaran.

“Ehem..” tiba-tiba terdengar suara seseorang yang berdehem, posisiku masih berdiri di depan pintu kereta, dan mataku tetap mencari menelisik penumpang di luar kereta, “sial nih, pergi kemana ya cewek tadi?” gumamku, “ehem..” suara itu terdengar lagi, namun kali ini dibarengi suara cekikikan, suara tersebut berasal dari kursi yang tepat berada disampingku, lalu aku alihkan sejenak pandanganku kearah suara tadi, dia berkurudung merah jambu, sepertinya dia sedang tertawa namun wajahnya sedang tertunduk dan ditutupi oleh buku, ya buku itu sepertinya pernah kulihat, kucondongkan sedikit badanku kearahnya sambil aku mengerutkan dahi, kulihat lagi dengan seksama, kuperhatikan lekat-lekat buku itu, sambil terbata-bata aku membacanya,

“Wal..ter… Nichol..son..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar